Binangun adalah salah satu desa di Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Desa Binangun merupakan salah satu dari 15 desa 1 kelurahan di Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo yang terletak di sebelah barat kota Wonosobo dengan jarak dengan ibu kota kecamatan sejauh 7 km dan jarak dengan ibu kota Kabupaten Wonosobo 22 km yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor selama 60 menit, dan dengan pusat pemerintahan Provinsi Jawa Tengah 69,2 km. Desa Binangun terletak pada ketinggian 1.000 meter dari permukaan air laut, sedangkan topografisnya berada di sebelah barat lereng gunung Bismo dengan suhu udara 20-30Â Celcius dan curah hujan sebanyak 348 mm dengan jumlah bulan hujan sebanyak 8 bulan. Secara geografis, Desa Binangun memiliki luas 777,745 km. Desa Binangun terdiri dari 10 dusun, yaitu Dusun Pasar lawas, Dusun Binangun, Dusun Tanjungsari, Dusun Bengkok, Dususn Lengkong Lor, Dusun Lengkong Kidul, Dusun Keseneng, Â Dusun Rego, Dusun Klepu dan Dusun Cindul. dengan batas-batas desa sebagai berikut:
Sebelah utara   : Wilayah Desa Binangun
Sebelah timur  : Wilayah Desa Wonokampir
Sebelah selatan : Wilayah Desa Pasuruhan
Sebelah barat   : Wilayah Kabupaten Banjarnegara
Asal usul Desa Binangun Pada masa Kerajaan ada seorang bangsawan keturunan darah biru dari kerajaan maja pahit mengembara di daerah pelosok pelosok yang bernama DJOKRO DJOYO BINANGUN dan beliau sempat singgah di salah satu pemukiman masyarakat yang masih sangat sedikit dan masih dikelilingi dengan hutan belantara. Beliau mengamati daerah yang disinggahi itu sangat subur dan beliau tertarik untuk menetap di daerah itu, pelan pelan DJOKRO DJOYO BINANGUN mengajak masyarakat untuk membabat hutan dan mengajari bercocok tanam, selain itu beliau mengajari ilmu -- ilmu yang lain yaitu agama, budaya dan adat istiadat, pada waktu itu pemukiman masyarakat belum ada nama dusun ataupun desa.
Setelah bertahun--tahun DJOKRO DJOYO BINANGUN membina masyarakat sehingga lebih cerdas dan lebih maju dari sebelumnya, karena masyarakat sudah mulai mengenal pembangunan di segi jasmani maupun rohani, dengan keberhasilan DJOKRO DJOYO BINANGUN warga masyarakat mengangkat beliau sebagai Kepala atau pemimpin mereka, dan masyarakat sepakat memberi nama daerahnya menggunakan nama terakhir beliau yaitu "BINANGUN" yang penuh makna yaitu "Dibina dan dibangun", semenjak itu berdirilah Desa BINANGUN sampai sekarang.
Kegiatan dalam bidang kesenian yang terdapat di desa Binangun yaitu kesenian Warok yang memiliki komunitas Bernama Wargo Laras , latihan rutin dilakukan satu minggu dua kali pertemuan pada hari Sabtu Malam dan Kamis Malam Â
Seni berkaitan dengan keindahan (estetika). Seni adalah kebudayaan dunia manusia dan wajah kebudayaan yang diciptakan suatu masyarakat atau negara (Irhandayaningsih, 2018). Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang mempengaruhi perilaku manusia. Seni berasal dari kata techne dan art yang berarti keterampilan dan keterampilan. Arti lain dari seni adalah dapat menyampaikan pikiran senimannya (Iriani, 2008). Seni berkembang di masyarakat karena adanya perkembangan sosial budaya masyarakat (Mahdayeni et al., 2019).
Indonesia mempunyai banyak kesenian, termasuk tari dan musik. Tarian rakyat merupakan tarian yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat awam. Kesenian rakyat biasanya berasal dari budaya masyarakat kota atau pedesaan (Fitriasari, 2019).
Warok berasal dari kata wirai yang artinya hati-hati (Achmadi, 2013). Manusia yang hidup harus berhati-hati dalam memilih antara yang baik dan yang jahat. Warok adalah orang yang bekerja dengan cara yang benar dan orientasi yang benar. Kesenian warok merupakan salah satu gaya tari rakyat yang terdapat di Kabupaten Wonosobo khususnya di Desa Binangun, Kec. Watumalang, Kab. Wonosobo.
Ada beberapa tarian lain di Desa Binangun, Kec. Watumalang, Kab. Wonosobo selain Tari Warok ada juga lengger. Dalam penyajiannya, tarian warok terkait erat dengan elemen-elemen lain seperti musik iringan, tata rias, pakaian, dan gerakan, masing-masing elemen saling melengkapi, menunjang, membentuk jalinan yang utuh, dan berinteraksi satu sama lain untuk membentuk kontruksi penyajian tari yang utuh (Suharji, 2019).
Warok muda dan warok tua adalah dua jenis tari warok. Yang pertama menggunakan tembang macapat (Kurnianto & Lestarini, 2015). Di Desa Binangun, Kec. Watumalang, Kab. Wonosobo Tari Warok adalah kesenian rakyat yang paling disukai anak-anak. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa banyak masyarakat yang ingin belajar. Tarian Warok dibandingkan dengan seni-seni lain di Desa.
Kesenian Warok adalah hubungan simbiosis antara seni tari dan seni music (Jeniati & Suyoto, 2019). Menurut Jenati dan Suyoto (2019), seni warok adalah kombinasi seni musik dan tarian. Tim Kesenian Warok terdiri dari sekitar dua puluh orang. Pemain bekerja sama, tidak ditentukan oleh individu, dan kadang-kadang seorang pemain dapat memainkan gamelan atau sebagai penari di Warok.
Tarian Warok memiliki tata rias dan properti yang unik (Kristiantoro et al., 2020). Penari memakai riasan wajah hitam yang tebal. Aksesori tangan dan slempang Warok berbeda. Bagian kaki menggunakan gelang klinthingan, yang menghasilkan suara gemerincing yang menggelegar setiap gerakannya. Pertunjukan tari Warok menjadi lebih menarik ketika kaki penari berhenti dan musik gamelan berdentum. Para pelaku tari Warok bergerak sesuai dengan irama musik gamelan. Dalam kesenian Warok, ada tiga elemen yang menentukan ciri dan karakternya antara lain : musik, gerak, dan alur acara. Meskipun para penari Warok menampilkan gaya gerak yang berbeda dari gaya tarian Warok umumnya, gaya gerak yang mereka tampilkan masih dapat diterima oleh masyarakat umum. Secara umum, tarian Warok memiliki gerakan beladiri yang unik.
Kesenian Warok di Desa Binangun ada ciri khas khusus, yaitu pada tariannya yang membuat anak-anak tertarik untuk mempelajari dan mempraktekkan tarian warok tersebut.
Kerajinan Warok adalah suatu kegiatan yang inovatif dan konstruktif yang telah ada sejak nenek moyang dan terus ada hingga saat ini, dengan ada tokoh Warok di dalamnya. Jika warok dapat menampilkan berbagai tarian dan gerakan, seni mereka akan dianggap unik. pementasan Warok secara keseluruhan dan diterima baik oleh masyarakat.
Kesenian Warok juga berkembang seiring dengan zaman dan selera masyarakat, seperti tarian reog; misalnya, mereka menggabungkan berbagai alat musik untuk memeriahkan setiap orang dan menggunakan musik yang lebih modern untuk sesuai dengan selera anak-anak (Yurisma, 2020). Pementasan seni Warok tanpa melanggar ciri khas Warok itu sendiri. Tujuannya adalah untuk mencegah pementasan seni Warok terancam punah oleh musik kuno yang tidak disukai masyarakat. Tujuan tambahan adalah untuk memupuk keinginan publik untuk melihat dan mempelajari Kesenian Warok.
Struktur karya tari warok yaitu Gerakan, iringan, dan tata rias.
Ragam gerak dalam tarian warok meliputi : - Gerak Dasar Tari Jathil (Watak Prajurit) yaitu gerakan jalan/melenggang di tempat, menggerakkan kelopak tangan di samping telinga, seblak kanan, seblak kiri, congklang, keplok dara (Rismayanti, 2017). - Gerak Dasar Tari Bujang Ganong (Watak Licik, Lincah, Akrobatik) yaitu dicirikan dengan jalan dobel loncat, besut, lampah telu, dll (Rismayanti, 2017). - Gerak Dasar Klono Sewandono (Watak Gagah) yaitu dicirikan dengan lumaksana gagah, sabetan, ulat kengser ke kanan dan ke kiri, dll (Rismayanti, 2017).
Iringan yang biasa dipakai dalam tarian ini yaitu terompet, kendang panoragan, ketipung, kempul (gong), dan angklung.
Tata rias para penari warok yaitu mukanya bagian atas cenderung pakai riasan warna hitam dan merah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H