Pada berlangsungnya Pemilu tahun 2019, pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin pernah terpapar oleh isu Post Truth dengan mendapati serangan seperti tuduhan anti Islam dan Ulama, penganut komunis, pro terhadap China, bentuk pemimpin yang lemah dan pembohong. Dari sejumlah isu yang beredar, terutama isu tuduhan komunis sempat membuat kesulitan tim kampanye untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin dikarenakan isu tersebut sangat marak di masyarakat dan media massa, sama hal nya dengan isu seperti anti-Islam dan pro China yang cukup memberi pengaruh terhadap swing voter yang belum menentukan pilihannya (Jurnal Institut Bisnis Nusantara, 2023). Pemilihan umum semakin dekat, yakni digelar pada Rabu, 14 Februari 2024 dan dibanjiri oleh narasi politik di media, baik media sosial dan media massa. Informasi politik yang beredar di media massa sangat kental didasari oleh post truth yang membuat pemilik hak suara semakin rentan terhadap penerimaan informasi yang salah, hal ini dibuktikan dalam survei opini publik: Proyeksi dan Mitigasi Gangguan Informasi Pemilu 2024 (Galuh & Ekawati, 2023).
Pada kasus ini penulis mengambil contoh kasus dari istilah 'Gemoy' yang digunakan tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Penggunaan istilah 'Gemoy' sebagai salah satu strategi paslon dalam meraih suara rakyat mendapat kontroversi, salah satunya oleh media Metro Tv yang dalam pemberitaannya menyampaikan bahwa penggunaan istilah 'Gemoy' merupakan gimik yang tidak mendidik dan menilai aspek gagasan jauh lebih penting dalam kontestasi Pemilu 2024, karena Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki kapasitas pemerintah bukan hanya sekedar gimik (Metro Tv News, 2023). Lain hal nya dengan media massa lainnya seperti Detik, Antara, dan CNN Indonesia yang memberitakan isu ini dengan sentimen yang positif karena menekankan 'politik gemoy' mengharapkan kalangan muda mau menaruh dukungannya bagi paslon Prabowo-Gibran untuk kemajuan bangsa Indonesia (Antara News, 2024). Hal serupa juga dilakukan pada tim sukses Ganjar Pranowo yang 'menggunakan' anak dari Ganjar Pranowo yakni 'Alam Ganjar' sebagai strategi kampanye dalam menggaet suara dikarenakan usia Alam Ganjar yang masih muda dan memiliki paras yang rupawan, dan hal-hal seperti ini lebih 'laku' di kalangan masyarakat dibandingkan dengan sajian fakta politik yang nyata.
Mengapa peluang post truth pada masa PilPres 2024 oleh media massa masih sangat melekat, dikarenakan banyak media massa juga media sosial yang lebih menyajikan opini dan berita yang tidak sesuai pada fakta menjelang pemilihan umum 2024, seperti lebih banyak mem blow up bentuk positif istilah 'gemoy' pada strategi kampanye paslon Prabowo-Gibran yang sebenarnya tidak ada substansi dan kontribusi besar pada negara apabila paslon tersebut terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia. Seharusnya media massa menyajikan fakta-fakta mengenai pencapaian atau wanprestasi para capres cawapres agar masyarakat pemilik suara dapat bertimbang sesuai aspirasinya dalam menentukan sebuah suara. Hal ini juga terjadi ketika beberapa media massa yang mem blow up sosok Anies Baswedan sebagai 'Abah Online' karena sikapnya yang ayom pada saat live di aplikasi TikTok sebagai upayanya menggaet pemuda gen z, dan penggunaan istilah 'gemoy' sebagai strategi kampanye prabowo subianto untuk menggaet anak muda, yang dimana hal-hal seperti ini lebih ditekankan dibandingkan menyajikan fakta seperti kegagalan Anies Baswedan dalam menangani banjir di Jakarta, dan menangani ekonomi selama menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Masa lalu kelam Prabowo Subianto atas Tim Mawar yang erat dihubungkan dengan kasus penculikan aktivis menjelang era reformasi (Amirullah, 2022).
Era post truth pada masa pemilu 2024 dapat mengakibatkan perpecahan antar masyarakat karena dampak dari era post truth salah satunya dapat menciptakan takutnya akan perbedaan, selain itu era post truth juga menciptakan masyarakat yang menolak akan kebenaran dan cenderung mencari afirmasi atas kepercayaan yang diyakininya. Era post truth pada masa pemilu 2024 tidak hanya menciptakan perpecahan dan hambatan dalam berkampanye, tetapi juga menjadi cerminan di tingkat internasional akan kualitas pemilihan pemimpin Indonesia yang hanya berdasarkan emosi (Jurnal Institut Bisnis Nusantara, 2023). Dalam hal ini, seharusnya media massa menjadi sumber informasi yang benar juga faktual kepada masyarakat yang dapat menjaga profesionalisme dan etikanya dalam memberikan dan menyebarkan informasi, sehingga era post truth yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dapat di lawan.Â
Daftar Pustaka
Amirullah. (2022, January 8). Jejak Tim Mawar dan Riwayat Eks Anggotanya - Nasional Tempo.co. Nasional tempo. Diakses 11 Januari, 2024, dari https://nasional.tempo.co/read/1547869/jejak-tim-mawar-dan-riwayat-eks-anggotanya
Antara News. (2024, January 4). TKN Prabowo-Gibran ungkap istilah "gemoy" berasal dari medsos. ANTARA News. Diakses 11 Januari, 2024, dari https://www.antaranews.com/berita/3899901/tkn-prabowo-gibran-ungkap-istilah-gemoy-berasal-dari-medsos
Galuh, L., & Ekawati, A. (2023, October 20). Survei: Hampir 50% Warga Percaya Disinformasi Pemilu 2024 -- DW -- 20.10.2023. DW. Diakses 11 Januari, 2024, dari https://www.dw.com/id/survei-hampir-50-persen-warga-percaya-disinformasi-pemilu-2024/a-67153067
Jurnal Institus Bisnis Nusantara. (2023, November 13). Propaganda Di Era Post-Truth Dalam Pemilu 2019 Dan Potensi Terjadinya Pada Pemilu 2024. Propaganda Di Era Post-Truth Dalam Pemilu 2019 Dan Potensi Terjadinya Pada Pemilu 2024 | Jurnal Komunikasi Esensi Daruna. Diakses 11 Januari, 2024, dari https://ibn.e-journal.id/index.php/daruna/article/view/762
Metro Tv News. (2023, November 30). Gimik 'Gemoy' ala Prabowo Panen Kritik. Metro TV. Diakses 11 Januari, 2024, dari https://www.metrotvnews.com/play/N6GCgvOX-gimik-gemoy-ala-prabowo-panen-kritik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H