Mohon tunggu...
Shalu Izzati azzahra Azzahra
Shalu Izzati azzahra Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

aamiin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Betawi: Kearifan Lokal yang Menginspirasi

14 Juni 2024   06:11 Diperbarui: 14 Juni 2024   06:35 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buday Betawi adlah warisan berharga yang mencerminkan keberagaman dan pluralisme budaya indonesia, serta terus berkembang seirirng berjalannya waktu. Budaya Betawi meerujuk pada budaya yang berkembang di masyarakat asli Jakarta, yang dikenal sebagai suku betawi. Masyarakat Betawi memiliki kearifan lokal yang unik, seperti penggunaan bahasa melayu dengan ciri dialek yang khas. Kearifan lokal ini di populerkan oleh Benyamin Sueb sehingga menjadi daya dobrak base Betawi punya gaya yang asal goblek, sehingga semakin kuat untuk diterima sebagai Lingua Franca oleh Masyarakat Indonesia.

Kearifan Lokal Budaya Betawi Dalam Kehidupan Multi Etnik

           Kearifan lokal dan budaya merupakan bagian integral dari kekhasan suatu daerah. Setiap daerah memiliki karakteristik yang kuat karena keberadaan kearifan lokal dan budaya.
          Kearifan lokal juga dapat dianggap sebagai gagasan yang timbul di suatu daerah yang mengandung nilai-nilai pengetahuan dan moral sebagai landasan terbentuknya budaya di daerah tersebut. Kearifan lokal dan budaya dapat tergerus oleh modernisasi, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Masuknya penduduk dari luar Jakarta dan luar negeri menambah keberagaman kearifan lokal dan budaya di wilayah tersebut.
           Kebudayaan Betawi yang merupakan ciri khas DKI Jakarta dan sekitarnya telah berdampingan dengan kebudayaan dari luar Jakarta. Menurut BPS Jakarta (2019), jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai 10.467.629 jiwa, terdiri dari 5.244.690 laki-laki dan 5.222.939 perempuan. Jayani (2019) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2019 akan mencapai 10,5 juta jiwa berdasarkan data tahun 2018.

            Orang Betawi melakukan kehidupannya melalui komunikasi budaya, komunikasi antarbudaya, dan hubungan antaretnis. Mereka mengekspresikan lambang-lambang budayanya dengan sesama orang Betawi lintas generasi dan budaya. Komunikasi antarbudaya dilakukan dengan sikap egaliter dan non-formalisme untuk mengurangi perbedaan budaya. Hal yang sama terjadi dalam hubungan antaretnis dengan orang yang berbeda ras, suku bangsa, dan agama.

           Komunikasi antarpribadi dalam konteks komunikasi budaya pada pergaulan multietnis di Jakarta tidak terjadi setelah Indonesia merdeka. Masyarakat budaya Betawi telah menjalani proses kehidupan dari komunitas dengan ciri budaya hingga diakui sebagai kelompok masyarakat Betawi di Batavia. Mereka melakukan proses pembetawian melalui pengelolaan pengalaman, perasaan, dan pemikiran melalui komunikasi budaya, antarbudaya, dan pergaulan multietnis.

            Pertumbuhan wilayah dan masyarakat budaya Betawi dimulai dari pemukiman di tepian sungai Citarum. Mereka hidup berkelompok dengan mata pencaharian bercocok-tanam dan menggunakan bahasa Melayu dengan dialek khas. Meskipun belum memiliki nama sebagai kelompok budaya, mereka memiliki perasaan berbeda dengan kelompok budaya sekitarnya. Di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, penduduk di wilayah Pelabuhan Kelapa tetap mempertahankan identitas mereka dan tidak menggunakan bahasa Sunda, sehingga dijuluki sebagai orang langgar.

Kebudayaan Betawi (Upacara Perkawinan dan Kuliner Betawi)

Kebudayaan Betawi yang di tulis antara lain Upacara Perkawinan Betawi dan Kuliner Betawi:

      1. Pernikahan Betawi

             Salah satu identitas dan ciri khas suku terlihat dari upacara adat pernikahannya.Selain pantun  ciri khas perkawinan Betawi, perkawinan adat Betawi memerlukan sarana dan simbol pendukung upacaranya.  Menurut  Purbasari (2010: 2), kebudayaan Betawi dipengaruhi oleh Belanda, Cina,  Arab, India, Portugis, dan Sunda,ini  juga termasuk  dalam busana pengantin atau baju pengantin Betawi , dimana warna merah dipengaruhi budaya Tionghoa dan warna hijau dipengaruhi budaya Arab (Islam). Pernikahan tradisional memiliki beberapa tahapan, yang  mungkin sedikit berbeda tergantung keadaan dan keinginan keluarga Anda. Namun, kami dapat mengonfirmasi bahwa terdapat rangkaian peristiwa yang tidak  berbeda secara signifikan dari standar tradisional. Menurut Pathoni (2008),   perkawinan Betawi mempunyai tahapan sebagai berikut: 

 1.  Masa pranikah meliputi a) lamaran, b) masa mandi, c) mandi, d) pemanasan, e) menyendok, memotong, dan menggunakan pacar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun