Mohon tunggu...
shalsa nas
shalsa nas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam

Wanita yang lahir dan besar di Bandung. Saat ini sedang menempuh pendidikan Sarjana di Universitas dekat lampu merah terlama se-Indonesia. Manusia yang gemar menonton film, membaca novel. Tidak bisa hidup tanpa tidur dan Americano.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"Tentang Kamu", Sebuah Kisah Penaklukan Hidup serta Luasnya Arti Kesabaran dan Ketangguhan!

16 Januari 2024   13:44 Diperbarui: 16 Januari 2024   14:00 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Annisa Fitria on Pinterest

Bagi kalian pembaca atau penggemar novel-novel fiksi, pasti tidak dapat memungkiri bahwa buku-buku karya Tere Liye itu sangat luar biasa. Gaya penulisan yang apik, alur cerita yang sangat "diluar nalar", tokoh dalam cerita yang seakan hidup, membuat siapa saja yang membaca karyanya geleng kepala! 

Artikel ini akan membahas sedikit spoiler tentang isi novel karya Tere Liye yang berjudul Tentang Kamu, jika para pembaca mengira novel ini berisi tentang kisah cinta romansa, tentu saja bukan! atau mengira novel ini berisi tentang puisi yang diperuntukan untuk kekasih? jelas tidak! Daripada menebak-nebak yang tidak pasti, anda akan mengetahui jawabannya setelah membaca artikel dibawah ini, cekidot!

Tentang Kamu: Bercerita tentang seorang pengacara muda asal Indonesia, bernama Zaman Zulkarnain yang bekerja di firma hukum Thompson & Co., di London. Tugas pertama Zaman adalah menyelidiki harta warisan Sri Ningsih, seseorang yang memiliki kewarganegaraan sama dengan Zaman.  

Sri Ningsing, perempuan asal Indonesia yang meninggal di Panti Jompo Kota Paris, Perancis dengan ameninggalkan saham sebesar 1% dari perusahaan multinasional. Dalam mata uang Indonesia, saham tersebut bernilai 19 Triliun Rupiah. Masalahnya, tidak ada jejak siapa keturunan Sri atau siapa yang berhak mendapatkan warisan tersebut. 

Untuk menelusuri siapa pemilik yang berhak atas warisan Sri Ningsih, Zaman terbang ke kota kelahiran Sri, yakni Pulau Bungin, Sumbawa, Indonesia. Di pulau tersebut, Zaman bertemu dengan Ode, teman masa kecil Sri Ningsih. Ode bercerita bahwa Sri telah ditinggal ibunya sejak lahir. Ibunya meninggal setelah melahirkan Sri Ningsih. Kemudian, saat Sri sedang mengeyam pendidikan di Sekolah Dasar, ayah Sri Ningsih, Nugroho menikah lagi dengan perempuan asli Sumbawa bernama Nusi Maratta. Mereka hidup harmonis sampai pada suatu waktu ayah Sri Ningsih meninggal setelah ditelan ombak ketika hendak mengantarkan barang dagangan dengan kapal. 

Sejak saat itu, hidup Sri Ningsih menjadi berat. Keharmonisan dalam keluarga Sri tidak ada Iagi. Nussi Maratta yang semula sangat menyayangi Sri, sekejap berubah menjadi perempuan bengis, pemarah, dan ringan tangan. Setiap hari Sri dipukul oleh ibu tirinya dan tidak diperbolehkan makan dan minum buatan ibu tirinya. Memang nasib tidak ada yang tahu, akhirnya Nussi Maratta meninggal dunia ketika musibah kebakaran menimpa keluarga mereka, rumah Sri habis dilalap api bersamaan dengan ibu tiri Sri yang berada di dalamnya. 

Setelah tidak ada rumah untuk ditinggali, Sri Ningsih dan adiknya, Tilamuta (buah hati Nusi Maratta dan Nugroho) tinggal dan mondok di Pesantren Kota Surakarta.

Zaman pun lantas mengunjungi pesantren tempat dahulu Sri Ningsih belajar, akhirnya Zaman bertemu dengan Ibu Nur’ani yang menceritakan masa ramaja Sri. Sri berhasil mendapatkan sahabat sejiwa pada saat berada di Pesantren. Namun, persahabatan yang dibangun Sri Ningsih hancur karena perbedaan paham politik, dan kebetulan pada saat itu, isu mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang memanas dan memuncak. Konflik panas itu mengakibatkan meregangnya nyawa Tilamuta, adik tiri Sri Ningsih. Kematian Tilamuta tentu saja sangat memukul Sri tetapi sama sekali tidak mematahkan semangatnya untuk terus belajar dan berusaha meraih impiannya. 

Setelah keluar dari Pesantren di Surakarta, Sri Ningsih banyak mencoba hal baru seperti menjadi guru, menjadi pedagang keliling, membuka usaha rental mobil, hingga menjajal membuka pabrik sabun. Akhirnya Sri sukses besar dengan pabrik sabun yang didirikannya itu. Namun, karena satu dan lain hal, Sri harus menjual pabrik tersebut. Pabrik ditukar oleh Sri Ningsih dengan saham perusahaan multinasional sebanyak 1%. Sri Ningsih akhirnya memutuskan untuk merantau ke London dan memulai kehidupan baru di sana. 

Tanpa diduga, Sri Ningsih menemukan pasangan hidupnya, seorang laki-laki asal Turki yang bermukim di London. Mereka berkenalan dengan cara yang sangat klasik namun romantis. Mereka menikah dan hidup bahagia meskipun tanpa buah hati. Bukan tak ingin, hanya saja terdapat masalah dalam golongan darah mereka yang menyebabkan mereka sulit memiliki keturunan. Bahkan, Sri Ningsih pernah hamil dan sempat melahirkan. Namun, sang bayi tidak bisa bertahan lama di dunia dan akhirnya wafat. 

Kehidupan rumah tangga mereka tetap harmonis sampai akhirnya ajal memisahkan mereka, suami Sri Ningsih berpulang dan menyebabkan Sri Ningsih keluar dari London dan memutuskan tinggal di Panti Jompo di Kota Paris sampai akhir hayatnya. Sampai pada ajal menjemputnya, Sri Ningsih hanya menuliskan satu buah surat wasiat, yang mana surat tersebut dipenuhi teka-teki dan harus diselesaikan oleh siapapun penerimanya. Sri Ningsih menyerahkan seluruh urusan warisan kepada Firma Hukum Thompson & Co., dan Zaman Zulkarnain yang kebetulan menjadi pengacara untuk menangani kasusnya. 

Selamat membaca dan berselancar dalam kisahnya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun