Dalam remang sinarnya menyentuh wajah anak manusia
Bak salju putih bersih tanpa dosa
Manik mata menerawang menembus jiwa
Petir anarkis di malam yang seram
Tangis pecah membelah gelap semesta
Secercah rasa hangat melingkupi relung hati
Kesedihan langit telah mereda
Meninggalkan sisa di semesta
Kehidupan mulai terasa di ruang hampa tanpa celah
Mentari bergerak perlahan, menjalankan tugas yang diemban
Anak manusia kini diam
Dalam cahaya ia terlelap tenang
Kehidupan semakin pelik
Tatkala angka bertambah banyak
Tidak lagi anak, manusia kehilangan arah
Bagaimana bisa, ia bertanya pada semesta
Mentari bersinar menyilaukan
Memberikan titik terang
Jalan yang panjang
Demi sampai di tujuan
Manusia kehilangan arah
Ia marah kepada Tuhan
Hidup begitu menyiksa
Lebih baik ia mati saja
Nafas berdesakan
Raga mulai sesak
Peluh menjadi laut
Hati mulai sakit-sakitan
Ramai, ia tetap sendiri
Sendiri, ia rasa berdua
Arah hidup mulai tak karuan
Mentari tetap bersinar terang
Lelah tak lagi ia rasa
Berbaring menghadap Tuhan
Mentari berada di depannya
Perlahan ia menyadari semua artinya
Ikhlas ia rasa, inginnya mulai membara
Tak ada muka untuk menghadap Tuhan, kepada mentari ia memandang
Mentari bersinar terang, menerangi jalan anak manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI