Mohon tunggu...
Shalsa Nabila
Shalsa Nabila Mohon Tunggu... -

Sedang belajar memegang pensil || shalball.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat dan Telepon

22 Maret 2013   13:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:24 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

#1
Mira, saya tulis surat ini, untuk kamu. Karena sore kemarin, tidak sengaja saya lewati rumah batu-bata yang sudah ditumbuhi lumut itu, iya, yang di dekat sungai itu. Nama rumah itu kenangan, Mira, di dekat sungai yang penuh air mata. Rumah itu terbuat dari batu-bata dan harum rambutmu. Tapi, Mira, rumah itu sekarang dipenuhi lumut dan bau apek. Batu batanya menghitam. Dan harum rambutmu sudah menguap sedari kamu mengepak koper untuk pergi ke kota yang bising.  Di antara deret kata yang panjang ini, saya hanya ingin berkata bahwa saya merindukanmu. Rindu yang pahit, Mira, lebih pahit dari kopi hitam.

#2
*kriiiiing*

"Assalamu'alaykum"
"Halo, ini Bima?"
"Iya, kamu jangan-jangan..."
"Ini gue, Mira."
"Oh! Mir, sudah lama sekali ya, tiga tahun loh...."
"Bim, gue cuma mau ngomong, makasih ya suratnya. Gue seneng banget."
"Iya Mira, saya kangen sekali... Waktu itu saya coba telepon kamu kok ndak bisa?"
"Gue ganti nomor telepon Bim. Gue gak biasa surat-suratan, jadinya gue nelpon elo deh."
"Oh begitu.... Mira, saya rasa..."
"Bim, gue buru-buru nih. Pokoknya thanks yaa, daaaaah."

*cklik*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun