Mohon tunggu...
Shalma AlifaZalfaya
Shalma AlifaZalfaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta

Saya merupakan pribadi yang kerja keras dan kreatif. Hobi saya adalah menyanyi dan menonton film/video. Menurut saya cara yang efektif bagi say untuk belajar adalah melalui audio visual yaitu video. Sehingga itu menjadi hobi saya selama ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menguak Peran Perjanjian New Start dalam Hubungan Rusia - Amerika Serikat

9 Oktober 2022   22:00 Diperbarui: 9 Oktober 2022   22:08 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah inspeksi senjata nuklir dibawah perjanjian New START baru - baru ini diberitakan akan ditinjau kembali oleh kedua negara secara langsung dengan mengadakan sesi tatap muka. Rencana ini dikatakan telah tertunda karena adanya pandemi COVID-19. Saat ini hubungan kedua negara dapat dibilang sedang berada dalam titik terendah karena dampak dari Konflik Rusia - Ukraina. Namun perjanjian ini merupakan salah satu perjanjian diplomatik yang tetap bertahan dan berjalan karena senjata nuklir merupakan senjata yang sangat berbahaya dan mematikan apabila tidak ada hukum yang mengatur. Perjanjian ini bisa dianggap menjadi salah satu aksi preventif untuk Perang Dunia.
Perjanjian The New START (for Strategic Arms Reduction Treaty)  (Rusia: -III, SNV-III) adalah perjanjian pelucutan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Federasi Rusia yang memiliki nama resmi Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 8 April 2010 di Praha dan setelah diratifikasi akan diterapkan tanggal 5 Februari 2011. Perjanjian ini diperkirakan berlaku sampai tahun 2021. Perjanjian ini merupakan buntut dari perjanjian - perjanjian sebelumnya dan merupakan dampak dari Perang Dingin yang berlangsung dari tahun 1947 - 1991. Hubungan Rusia dan Amerika Serikat telah berjalan sejak dulu adanya perang. Namun hubungan antar kedua negara ini sepertinya selalu dalam kondisi yang tengang dikarenakan kekuatan militer yang mereka punya sama - sama sangat kuat. Contohnya adalah dengan perjanjian SALT I dan SALT II yang tidak berakhir dengan baik karena di SALT I Jumlah Intercontinental Ballistic Missille (ICBM) Rusia melebihi milik Amerika begitu juga Multiple Independently Re-entry Vehicle (MIRV) yang dikembangkan oleh Amerika Serikat. Pada SALT II juga berakhir dengan tidak baik karena Rusia menginvasi Afghanistan dan menempatkan pasukannya di Kuba sehingga menyebabkan hubungan keduanya tidak harmonis.
The New Start mengatur mengenai pembatasan warheads serta membatasi launchers. Berikut poin - poin yang harus diperhatikan didalam perjanjian ini :
Membatasi jumlah kepemilikian deployed Intercontinental Ballistic Misil (ICBM), deployed Submarine Launched Ballistic Misil (SLBM), dan deployed Heavy Bomber sebanyak maksimal 700.
Membatasi jumlah kepemilikan hulu ledak (warhead) pada deployed ICBMs sebanyak 1550, deployed SLBMs, dan deployed heavy bombers yang dipersenjatai dengan nuclear. Setiap Heavy Bomber yang dipersenjatai dengan nuklir akan terhitung sebagai satu hulu ledak atau Warheads dan terikat dalam batas perjanjian ini.
Membatasi jumlah kepemilikan deployed dan undeployed ICBM launchers, deployed dan underployed SLBM launchers dan deployed dan underployed heavy bombers sebanyak 800.

Saat ini kondisi kedua negara sedang membicarakan tentang inspeksi senjata nuklir sebagai kelanjutan dari The New Start. Amerika Serikat menyatakan pada bulan September bahwa seluruh negosiasi mengenai perjanjian ini akan bergantung pada hasil inspeksi nanti. Kedua negara ini telah setuju untuk menunda inspeksi ini sejak Maret 2020 karena adanya pandemi COVID - 19. Selain itu Washington juga menunda inspeksi dikarenakan invasi Rusia terhadap Ukraina. Rusia mengatakan untuk sementara harus menangguhkan inspeksi karena kesulitan akibat sanksi Barat atas perangnya di Ukraina, yang menyulitkan tim inspeksi untuk memperoleh visa dan melakukan perjalanan melalui udara. Namun, menurut Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, "Sanksi dan tindakan pembatasan AS yang diberlakukan sebagai akibat dari perang Rusia melawan Ukraina sepenuhnya sesuai" dengan START Baru dan "tidak mencegah inspektur Rusia melakukan inspeksi perjanjian di Amerika Serikat." Amerika Serikat telah melibatkan Rusia dalam melanjutkan inspeksi melalui saluran diplomatik, seperti Komisi Konsultatif Bilateral yang dibentuk oleh perjanjian untuk mengatasi masalah implementasi dan verifikasi, dan akan terus melakukannya, kata juru bicara Departemen Luar Negeri yang berbeda kemudian.
Di Tahun 2021, Mantan Presiden Rusia yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Keamanan Dmitry Medvedev menolak perundingan perjanjian senjata nuk;ir yang diinisiasikan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Hal itu dikarenakan menurut Dmitry ajakan tersebut tidak sesuai dengan perubahan yang terjadi di dunia. Selain oitu kedua negara ini telah mencapai kesepakatan di batas tengah pada 5 Februari 2018 dan perjanjian diperpanjang hingga 4 Februari 2026. Pada Oktober 2022 pembicaraan mengenai inspeksi ini nampaknya sudah terlihat titik terangnya. Baik Amerika Serikat maupun Rusia tampaknya sudah mempertimbangkan untuk melakukan negosiasi tampak muka. Mereka sedang memikirkan metode dan cara yang tepat untuk melakukan inspeksi bersama tersebut. Namun sebelum pertemuan tatap muka itu juga disebutkan bahwa ada kemungkinan sesi pembicaraan virtual dalam panel konsultatif bilateral New Start.
Saat ini keputusan yang konkrit mengenai perjanjian ini belum dikeluarkan secara resmi dari kedua belah pihak. Karena masih ada beberapa isu yang harus diselesaikan agar kedua dapat dengan damai membicarakan perjanjian pengendalian senjata nuklir ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun