Kepada kita yang telah lama disatukan oleh rumitnya kehidupan. Bukan kamu atau aku yang mecipta rasa rindu ini, tetapi rindu yang merindukan kerinduan itu sendiri.
Kepadamu gadis malang yang suntuk pada sudut rindu malam ini. Lepaskan dirimu dari rasa yang telah aku titipkan pada setiap sendi dan urat nadimu. Harapan itu telah lama sirna, sebab aku sangat meresapi setiap getaran dan bulir-bulir darah dari jantung mu :di sana aku tak menemukan sedikit pun tentang keberadaan ku.
Wajar, jika aku adalah pungguk yang merindukan bulan [my back misses the moon]. Semua akan hilang bersama letupan-letupan kecil kembang api di penghujung malam tahun baru nanti.
Adakah yang lebih indah dari rasa yang saling merindukan? Ia, ada. "Bila kau ragu dengan ini, coba sedikit saja sentuh dadaku, maka aku akan melebur - meleleh jadi satu dengan keringat di telapak tanganmu."
Wahai kamu yang meringis saat aku tatap dengan makna, yang menunduk jika wajahmu melintas di depan matamu, yang menutup telinga saat suaraku mengalun indah di sampingmu --- pahamilah, bahwa mata dan suara ini adalah sama dengan yang kamu miliki.
Jika sorot mataku tak kau hiraukan patalah hati anak lelaki yang malang ini. Jika suaraku tak kau dengar maka lenyaplah segala jiwa dan tubuh gerak ku ini.
Dan jika wajahku tak bertatap denganmu : maka lenyaplah semua, aku lebih baik mundur dari kehidupan fana ini.
Sudahi ini! Apa yang kita sedang lakukan? Jikalau saja aku diberikan kesempatan, aku ingin berlama-lama menatapmu.
Jangan! Aku sudah cukup gelap dengan kehidupan ini, aku tak mampu berlama-lama lagi.
Salam, aku undur diri dari urusan rindu dan merindu tentangm