Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tebar Jurus Mencari Simpati

5 Januari 2014   23:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:07 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di awal tahun berganti

Harga kayu sengon ikut berubah

Naik selangit kian tak terjangkau

Padahal seluruh rakyat

Tak ada lagi yang memakai jabon

Karena tak lagi di produksi

--------------------------------------------------

Raja tiba-tiba menebar kabar

Kaget dengan naiknya harga

Tak kurang sang pangeran

Ikut menghujat tanda tak setuju

Meski semua mengakui

Tak punya wewenang mengatur harga

--------------------------------------------------

Raja menebar janji

Besok harga akan dibahas

Titah sudah di sampaikan

Biarkan para punggawa yang membahas

Meski rakyat jadi bertanya

Lakon apa yang kini dimainkan

--------------------------------------------------

Wahai para petinggi negeri

Kami tahu sebentar lagi hajatan berlangsung

Dukungan warga jadi penentu

Kalian sibuk berbedak dan bergincu

Agar tampak cantik dan mulus

--------------------------------------------------

Wahai para petinggi negeri

Kami sudah tahu wajah aslimu

Dibalik tebal bedak dan warna gincumu

Tak akan bisa lagi kau kibuli kami

Jumlah bopeng dan bisul kamipun hapal

Tak bisa disembunyikan bedak tebal sesenti

--------------------------------------------------

Wahai para petinggi negeri

Urusan kayu bakar amatlah vital

Jika beras mahal kami ganti makan singkong

Jika kangkung mahal kami ganti makan bayam

Tapi kalau kayu bakar tak terjangkau

Dengan apa tungku dipanaskan

Masak tungku di jemur dibawah matahari

--------------------------------------------------

Wahai para petinggi negeri

Kami tahu kalian mau pesta dansa

Tapi jangan jadikan kami angsa potong

Kami tahu kalian mau kendurian

Tapi jangan jadikan kami sembelihan

--------------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun