Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin Itu Berpikir, Berbicara, dan Berbuat

5 Juni 2014   16:28 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:14 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak tulisan yang telah dibuat seusai acara deklarasi kampanye  damai pasangan capres dan cawapres di KPU. Setelah acara pengambilan nomor urut di KPU maka acara deklarasi  ini banyak menyedot perhatian publik karena di acara ini pasangan capres akan kembali bertemu. Publik tertarik untuk kembali mengamati bagaimana interaksi kedua pasangan capres dan cawapres.

Saya sendiri adalah pendukung capres Prabowo untuk pilpres kali ini berdasarkan pertimbangan berbagai faktor yang ada. Para Jokowi lovers bisa berhenti membaca sampai disini karena sayapun tahu bahwa meskipun Jokowi menjadi seorang Hitlerpun maka para Jokowi Lovers tetap akan mendukung Jokowi.

Dari berbagai ulasan tentang acara deklarasi damai itu publik menilai bahwa Prabowo mendapatkan poin yang lebih baik dibandingkan dengan Jokowi. Hal ini disebabkan karena Prabowo tampil lebih elegan, cair, tidak kaku, ramah dengan menyapa para hadirin bahkan termasuk Jokowi dan JK yang dikatakan sebagai saudara dan seniornya. Poin terpenting dalam penilaian ini adalah ketika Prabowo memberikan sambutannya, terlihat bagaimana Prabowo begitu menguasai podium dan bisa mengontrol dengan baik kata per kata yang diartikulasikannya.

Sebaliknya Jokowi sepanjang acara tampil kaku dan tegang, dan terasa seperti menanggung beban yang amat berat dari yang mampu dipikulnya. Sambutan Jokowi bahkan tak mengindahkan tatakrama dengan tidak membalas sapaan dan penghormatan dari Prabowo serta tidak membahas hal yang relevan dengan deklarasi damai ini seperti kesiapan menerima apapun hasil pilihan rakyat seperti yang sebelumnya disampaikan Prabowo.

Penilaian ini tidak subyektif apalagi harus dianggap sebagai kampanye hitam. Bahkan para pendukung Jokowi pun memang mengakui bahwa Jokowi memang tidak pandai berpidato.

Yang muncul kemudian adalah apologi dari para pendukung Jokowi bahwa Jokowi memang mengutamakan kerja kerja kerja tanpa harus banyak berbicara dan beretorika. Timbul juga pembenaran bahwa Jokowi tampil apa adanya dan tidak artificial.

Para pendukung Jokowi lupa bahwa bangsa ini sedang akan memilih Presiden. Banyak aspek diri seseorang yang perlu dinilai untuk memangku suatu posisi. Seorang motivator harus pintar berbicara dan beretorika untuk memotivasi audiensnya. Seorang ilmuan harus banyak berpikir dan menulis tanpa harus beretorika, seorang masinis hanya perlu kerja kerja kerja tanpa harus berpikir banyak kecuali mentaati rambu dan sinyal perkeretaapian.

Presiden itu haruslah bisa berpikir untuk menetapkan visi dan misi kemana bangsa ini mau dibawa dan tujuan yang akan dicapai oleh bangsa ini, harus bisa mengartikulasikan apa yang menjadi buah pemikirannya kepada seluruh komponen bangsa ini lewat berbagai sarana komunikasi yang ada termasuk lewat orasi  agar semua komponen bangsa bisa mengerti dan memahami visi misi yang akan dicapainya, dan kemudian mau bekerja keras untuk mewujudkan visi dan misinya.
Kalau Presiden yang dipilih hanya bisa kerja-kerja dan kerja, jangan kaget kalau kalau kebijakannya tiba-tiba kontradiktif dengan program sebelumnya. Contohnya BJPS yang sudah menjadi program nasional tiba-tiba diganti dengan kartu Indonesia sehat sebagai pengembangan kartu Jakarta sehat. Presiden bisa saja tiba-tiba belok di tikungan secara mendadak dan semua komponen bangsa ini bisa terkaget-kaget dan jatuh dari kendaraan, semata karena sang presiden tidak pernah bilang-bilang bahwa dia akan belok di tikungan depan.

Bangsa ini memerlukan Presiden yang cerdas dan punya pemikiran yang baik, yang bisa membangkitkan semangat dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, dan mau bekerja demi kepentingan bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun