Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengira-ngira Tekanan yang Dialami Bu Risma

16 Februari 2014   23:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Acara Mata Najwa dengan tamu Bu Risma Walikota Surabaya memang fenomenal.  Per hari ini di youtube ada 1440 entries tentang Bu Risma dengan menggunakan keyword  " mata najwa tri rismaharini full". Angka jumlah entry ini memang masih lebih kecil dibandingkan ketika Habibie dan Angel Lelga menjadi bintang tamu, tapi harus diingat bahwa Bu Risma baru belakangan menjadi tamu di acara Mata Najwa.

Saya awalnya merasa cukup untuk membaca berbagai ulasan seputar air mata Bu Risma di acara Mata Najwa. Belakangan akhirnya saya terdorong juga untuk melihat langsung di youtube tentang isi dialog di acara tersebut. Ada beberapa hal menarik dari ucapan-ucapan beliau dalam acara tersebut.

Berulang kali beliau mengatakan bahwa jabatan itu titipan. Ini adalah ungkapan luar biasa dari seorang yang diserahi amanah sebagai walikota dari kota terbesar kedua di Indonesia. Dengan mengatakan jabatan itu sebagai titipan, beliau mengatakan bahwa jabatan bukan anugrah dan pemberian bagi dirinya untuk bisa digunakannya untuk kepentingannya sendiri. Berapa banyak pejabat yang setelah dilantik mengadakan acara syukuran telah dipercaya dengan suatu jabatan tertentu, disini justru beliau mengatakan bahwa jabatan itu adalah titipan yang merupakan cobaan yang justru akan menjadi beban yang harus dipertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah. Sudut pandang ini yang membuat beliau bekerja tanpa pamrih dan mencurahkan seluruh perhatiannya demi mengemban tugas yang dibebankan.

Beliau secara sederhana mengungkapkan tugasnya sebagai walikota, yaitu mensejahterahkan masyarakat Surabaya. Tidak perlu definisi panjang lebar tentang job deksripsi, tapi cukup dengan kalimat pendek yang merupakan inti tugas dari seorang walikota. Tidak heran sehingga seperti yang diungkapkannya bagaimana beliau sempat memperhatikan dua orang anak yatim yang duduk dengan pandangan mata kosong seakan tanpa masa depan, kemudian mencari tetangga yang mengasuhnya, dan mencarikan rumah penampungan bagi kedua anak tersebut. Beliau tidak terpaku dengan hirarki dan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh dinas sosial kota Surabaya. Apa yang dia ketahui harus dicarikan solusi dan beliau mencoba mendayagunakan aparat di tingkat kelurahan dan kecamatan untuk memastikan jangan-jangan kasus anak terlantar ini banyak terjadi diluar pengetahuannya. Kesehariannya tidak dengan target muluk, cukup meminta Febri ajudannya mengantarkan ke berbagai arah kota untuk melihat langsung kehidupan rakyatnya dan kemudian mencoba membantu dengan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.

Ketika ditanya mengapa beliau harus turun langsung sendiri mengatasi air tergenang, kemacetan, kebakaran yang terjadi, secara singkat beliau mengatakan bahwa dia inginkan masalah cepat selesai tanpa menunda lagi karena nanti mungkin ada masalah lain yang harus dihadapi. Meskipun diakui secara manajemen modern, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara ini. Contohnya kota Jakarta yang setiap harinya ada ratusan titik kemacetan, ratusan titik air tergenang. Turun langsungnya beliau untuk mencoba menyelesaikan masalah sebenarnya ingin mengatakan kepada aparat dibawahnya bahwa masalah itu hanya akan selesai jika para abdi negara tidak duduk di belakang meja dan berwacana untuk mencari jawaban. Masalah selesai jika dilakukan langkah nyata dan kongkrit tanpa berlama-lama melakukan pembahasan. Coba lihat MRT Jakarta terwujud setelah hampir 10 tahun menjadi wacana. Ketika Busway pertama kali akan diluncurkan maka begitu banyak penolakan yang terjadi karena dianggap mengambil jalan yang sudah sempit. Kereta api ke bandara baru belakangan diwujudkan setelah puluhan tahun menjadi wacana, dan sudah menjadi transportasi wajib bagi berbagai airport internasional di seluruh dunia.

Akhirnya satu ungkapan luar biasa dari beliau, bahwa sebagai walikota beliau harus adil kepada semua warganya baik miskin kaya ataupun orang besar dan orang kecil. Ini pula beban terbesarnya sebagai walikota untuk bersikap adil dan ini pula yang membuatnya nyaris berniat untuk mengundurkan diri karena tak mampu lagi menghadapi tekanan dalam rangka menegakkan prinsipnya untuk berlaku adil.

Sebagai Walikota beliau sadar dia menjadi walikota karena diusung oleh partai politik. Nampaknya setelah menjadi walikota, partai yang mengusungnya mencoba menekannya agar supaya memberikan prioritas kepada partai pengusungnya sebagai balas jasa atas dukungan pencalonannya. Ini amat membuatnya sangat tidak nyaman karena akan melanggar prinsip yang dia selalu pegang teguh untuk berlaku adil.

Partai politik selama ini sering menjadi calo bagi pengusaha dan industrialis. Partai politik adalah broker untuk kepentingan berbagai pengusaha yang mempunyai kepentingan dengan berbagai proyek yang dibiayai oleh negara lewat APBD.  Partai politik menekannya dengan menahan persetujuan anggaran, mensyaratkan kondisi tertentu demi kepentingan pihak yang dimakelarinya. Contoh kasus lainnya adalah Kebon Binatang Surabaya (KBS) yang sudah dilirik oleh banyak pengusaha untuk dirubah peruntukannya dengan menambahkan berbagai fasilitas mall, hotel, dan restoran baik dengan menggunakan sebagian areal KBS atau bahkan dengan melakukan tukar guling areal KBS dengan lahan lain yang jauh dari kota.

Ini memang tekanan luar biasa, tak heran beliau bahkan sudah berpamitan kepada keluarganya, karena demi menegakkan prinsipnya, nyawanya bisa menjadi taruhannya. Bravo Bu Risma, jangan kuatir dengan tekanan luar biasa dari para mafia tersebut, yakinlah Tuhan yang dibelakang Ibu masih jauh lebih berkuasa dari para manusia serakah yang bahkan seisi dunia ini pun tak cukup bagi mereka untuk dikangkanginya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun