Pertama-tama saya ingin meluruskan bahwa ketika menulis judul pendukung rasional, tak berarti yang lain tak rasional. Apalagi diartikan lebih jauh, karena saya pendukung Anies-Sandi dan karena saya rasional maka pendukung Ahok adalah tak rasional. Untuk menjadi rasional tak harus jadi pendukung Anies.
Hal ini untuk menghindari kondisi klaim mengklaim istilah “orang baik” ditahun 2014. Di masa kampanye beredar istilah “Orang baik pilih Jokowi”. Ini adalah istilah absurd dan juga sama absurdnya dengan kalimat “orang rasional pilih Anies-Sandi”. Untuk menjadi baik tak selalu harus pilih Jokowi. Banyak orang baik yang memilih Jokowi dan banyak pula orang baik yang memilih Prabowo.
Pendukung rasional adalah pendukung yang memilih calon tertentu berdasarkan beberapa aspek yang bisa dijelaskan secara logis, bukan karena hubungan emosional, bukan karena hubungan etnis, apalagi hubungan gelap. Pendukung rasional pada dasarnya memilih kandidat yang menurutnya paling cocok merepresentasikan dirinya. Tak semua karakter dan program kandidat sejalan dengan aspirasinya, tapi dibandingkan dengan calon lain maka kandidat inilah yang paling sesuai dengan harapannya. Pendukung Rasional juga tak akan membabi buta membela semua aspek dari calonnya bahkan ketika kandidatnya punya punya cacat dan salah tetap dicari justifikasi pembenarannya.
Adalah penting untuk menjadi pendukung rasional, agar supaya proses demokrasi bisa berjalan dengan baik dan semua langkah bisa dilakukan dengan tenang dan kepala dingin dan tak memicu terjadinya konflik antar pendukung. Indonesia bisa menjadi negara demokrasi yang baik apabila mayoritas penduduknya adalah pemilih rasional.
Pendukung rasional tak akan emosional dan membela kandidatnya secara membabi buta bahkan dengan menggunakan cara-cara tak rasional. Setelah kekalahan ahok, beredar berita tentang pembahasan APBD oleh Anies dan Ahok dan bahwa APBD yang telah dikunci 3 password oleh Ahok, BPK, dan KPK sehingga Anies tak akan bisa merubahnya. Ini adalah berita hoax dan sama sekali tak rasional.
Postingan Niluh Djelantik di wall FB nya bahwa Steven adalah tokoh fiktif yang diciptakan Bpk. Gubernur NTB menunjukkan betapa tak rasionalnya Niluh karena mengatakan Steven adalah penista fiktif. Postingan ini sudah sudah dihapus tapi sudah banyak dicapture banyak orang, Bagaimana dia bisa mengatakan fiktif karena sumber beritanya berasal dari detik.com dan memuat keterangan polisi di Bandara tentang kejadian penistaan tersebut.
Apakah faktor agama adalah faktor rasional ? Saya akan memilih kandidat yang seagama dengan saya, karena saya yakin kandidat tersebut kecil kemungkinannya akan membuat kebijakan yang bertentangan dengan agama saya dan kandidat tersebut. Memasukkan pertimbangan agama dalam memilih kandidat adalah pertimbangan rasional, persis sama dengan memasukkan faktor almamater yang sama, suku yang sama, bahkan program yang sama. Menjadikan agama sebagai faktor pertimbangan tidaklah melanggar asas demokrasi karena demokrasi hanyalah mengatur bahwa keputusan diatur berdasarkan konsensus suara terbanyak dengan menggunakan faktor apapun. Pemeluk agama lain pun tak dilarang memilih kandidat sesuai dengan agama yang dianutnya.
Menjadi pendukung rasional akan membuat kita lebih mudah menerima jika kalah dan tak jadi arogan ketika menang. Pemilih rasional juga tak akan membabi buta membela kandidatnya yang sudah menang dan suatu saat bisa saja dia jadi penentangnya ketika kandidat yang dulu dipilihnya sama sekali tak menunjukkan niat untuk menepati janji kampanyenya.
Pendukung rasional juga tak akan “grusu-grusu” atau terburu-buru menuntut janji kampanye. Anies-Sandi punya program DP 0%. Program ini bisa berjalan tergantung banyak faktor antara lain regulasi dan perundangan, finacial, social dan sebagainya. Jika semua ini dilompati, regulasi dan peraturan diterobos demi hanya kejar target janji DP 0% , maka hanya akan jadi blunder dan jadi jebakan batman pendukung irasional yang ingin jebloskan Anies-Sandi kedalam jurang. Jika program ini tak bisa berjalan karena perundangan tak dirubah oleh DPR yang dikuasai oleh PDIP dan Golkar dan kemudian menyalahkan Anies-Sandi, maka orang itu bukan saja pendukung tak rasional, tapi adalah pendukung yang gila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H