If there’s one thing you can do to raise the success in your career, it’s to raise your average level of happiness -Ben Carpenter-
Kebahagiaan merupakan energi besar yang mampu mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu sampai pada limitnya. Pribadi yang bahagia cenderung melakukan hampir apa saja, baik itu sesuai dengan kemampuan maupun hanya untuk memenuhi hasrat (passion). Itu pulalah yang melegalisasikan sebuah ungkapan “Kerjakan apa yang kamu suka, suka apa yang kamu kerjakan”. Sebenarnya, ungkapan itu menjurus ke satu titik, bahagia saat melakukan sesuatu.
Maka, ungkapan Ben Carpenter, Wakil Ketua CRT Capital Group – perusahaan bidang penelitian dan investasi Keuangan di atas sangat beralasan. Banyak pekerja berpikir untuk meningkatkan karir maka cukup dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Namun lupa, bagaimana meningkatkan taraf kebahagiaan saat bekerja. Menurut Ben, ada banyak elemen penting dalam mencapai kesuksesan bekerja, tetapi kebahagiaan itu seperti magnet, orang ingin bekerja dengan maupun untuk pribadi yang bahagia.
Lingkungan tidak akan pernah peduli dari mana energi yang kita miliki berasal, namun selalu melihat dan mengamati bahwa ada sesuatu yang menarik dari setiap tindakan, joyful ketika bekerja. Jadi, apakah itu karena senyuman anak, ciuman pasangan, sarapan pagi yang enak, atau bisa saja secangkir kopi hangat. Bisa sangat personal, bisa sangat general, no one cares, tapi radiasinya sangat terasa. Karena energi bahagia mendorong diri untuk menjadi sesuatu yang terbaik yang diri mampu, dan itu, percayalah, sangat eye catching.
Theodore Rosevelt pernah menuangkan curahan isi hatinya dalam sebuah ungkapan: “I have never in my life envied a human being who led an easy life. I have envied a great many people who led difficult lives and led them well”. Dikaitkan dengan tulisan ini (maaf kalau penulis suka kait mengkait, agar terkait), Rosevelt tidak iri pada kepemilikan seseorang, tapi iri dengan mereka yang sepertinya tidak memiliki apa-apa, terlihat mata hidupnya sulit, namun tetap hidup dan baik-baik saja (bahagia).
Sesulit apapun hidup, kalau dikembalikan pada keyakinan masing-masing, itu sudah digariskan oleh Yang Kuasa. Namun, semudah apa menjalaninya, itu cuma masing-masing pribadi yang bisa menentukan. Kita bisa memulai dari rumah, “sarang” kita sebelum menjemput mentari pagi, menggendongnya pulang di sorenya, Keluarga Kita.
Tak ada yang mampu menandingi kebahagiaan seseorang yang sedang berkasih-kasihan dengan kekasih hatinya, pasangan – keturunan – saudara – orang tua – atau pacar mungkin (pacar masuk keluarga yah, toh kudu dikenalin ke keluarga), adalah kekasih hati. Lalu, jalinlah pertemanan dengan mereka yang bahagia, membangun dan mau dibangun, karena ikatan yang bangun-membangun dalam kebahagian adalah ikatan emosi yang dapat memicu hormon endorphin, kata hasil penelitian begitu.
Perasaan memiliki dan merasa dimiliki itu perlu, untuk hal apapun, menciptakan kondisi “tidak terasing” atau sendiri. Secara natural itulah sifat humani, mahluk sosial. Sebagai karyawan, merasalah memiliki dan dimiliki oleh perusahaan dimana bekerja, dimana pun penempatannya (yakin, ini sungguh susah), tapi setidaknya perasaan ini mampu meningkatkan kebahagiaan (dan tentu keikhlasan) dalam bekerja.
Tidak ada pekerja (Karyawan) yang tidak ingin sukses dalam karir, bukan??
Maka, Bahagialah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H