Karena aku masih cinta! Itu saja. Titik.
Mungkin aku akan diam, jika kamu diam. Aku akan berpaling, jika kamu berpaling. Aku juga menyakiti, jika kamu menyakiti. Itu sisi manusia ku. Aku manusia, tidak malaikat. Jadi jangan berharap aku akan bisa manis, semanis madu, jika kamu pahit sepahit empedu.
Kau bisa bertanya, kenapa aku masih menyukai senja. Tapi kau tak kan pernah mendapatkan jawabannya. Sama seperti jika kau bertanya, kenapa hujan jatuhnya ke bumi, karena jika ke langit, itu bukan hujan, gerimis pun tidak. Meski itu bukan jawaban, tapi apa benar hanya karena gravitasi ada makanya hujan turun ke bumi? Aku yakin tidak, tapi aku juga tak punya keyakinan mutlak karena apa, selain gravitasi, yang menyebabkan hujan turun ke bumi.
Sama, persis sama mengapa aku masih menyukai senja. Sedangkan kau, mungkin sudah tak lagi suka. Alasan klise, karena banyak mengundang sedih dibanding bahagia. Jangan-jangan, kau tak lagi suka bulan purnama, tak suka lagi menghitung bintang yang tak pernah sanggup dihitung, tak lagi suka pantai dengan angin semilir dan deburan ombak mesranya, tak lagi suka akan tamaran lampu malam kota itu, bersandar di bawah pohon itu, memandanginya tak jemu, sampai pagi datang mengganggu. Kalau aku masih suka, ahahahaha, masih suka semua.
Sedih? Tentu tidak, selalu ada bahagia yang bisa diambil akan masa lalu. Dulu mungkin iyah, sedih, sekarang banyak senyumnya. Mungkin, akan selalu datang air mata, tapi siapa bilang air mata adalah perlambang hati yang sedih. Air mata itu jauh lebih mulia dari pada semua ratapan tangis. Air mata itu lambang bahwa kau, aku, manusia di muka bumi ini masih punya rasa syukur akan suatu masa. Menghargai bahwa ada masa indah yang layak dikenang, meski cuma dikenang tak bisa dimiliki, yang terkadang mengundang air mata jatuh di pipi. Jika kau tersenyum saat air mata itu datang, kau tahu bahwa kebahagiaan itu mahal, tak selalu ada, maka hargailah.
Tapi di balik rasa syukur, menghargai, dan air mata itu, semua itu masih tetap aku pegang, yah semua  karena aku masih cinta. Aku meyakini, cinta itu adalah bentuk energi terkekal sepanjang masa. Tak kan hilang, tak lekang, tak sirna, bahkan tak berkurang ataupun bertambah, rasa sayang mungkin bisa kurang atau lebih, tapi tidak untuk cinta. Jadi sayang kalau dibiarkan, energi sekekal itu yah kok diabaikan. Jadikan sebagai motivasi, penggugah selera, penyemangat hari, pembentuk kesadaran diri bahwa hidup adalah masa, masa adalah kebahagiaan.
Mengapa aku tidak bisa selalu manis, karena aku manusia. Tapi mengapa aku selalu memikirkan mu, mengkhawatirkan mu, berharap komunikasi akan selalu lancar dengan mu, memanjatkan doa-doa untuk semua jalan dan mimpi mu? Karena aku masih cinta! Titik!!
#MenutupHari-26Sept2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H