Moluska ialah suatu kelompok hewan yang memiliki berbagai macam ragam di plane ini, terhitung sekurang-kurangnya terdapat 50.000 spesies hidup. Yang mana moluska ini mencakup organisme yang cukup dikenal seperti siput, gurita, cumi-cumi, kerang, karang, tiram dan kiton. Secara bentuk moluska ini dikenal sebagai sekelompok organisme yang secara garis besar memiliki tubuh lunak juga memiliki daerah “kaki” dan “kepala”, selain itu sering sekali moluska pada bagian tubuhnya ditutupi oleh adanya kerangka luas yang keras layaknya cangkang siput dan kerang.
Mollusca adalah hewan inveterbrata yang berarti tidak memiliki kerangka, tidak memiliki tulang belakang, memiliki tubuh yang lunak, dan termasuk hewan yang berdarah dingin. Tubuh Mollusca terdiri dari tiga yaitu kepala, mantel, dan kaki otot. Mollusca termasuk hewan hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan atau pun sisa organisme. Mollusca umumnya memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik dan berperan sebagai indikator lingkungan, kebanyakan hidup di daerah perairan dan menempel pada batu atau pada permukaan lain (Ariani et al., 2019)
Dalam sejarah moluska ini menjadi salah satu makhluk yang penting bagi manusia karena pada dasarnya makhluk tersebut menjadi sumber makanan, perhiasan, peralatan dan juga hewan peliharaan. Salah satu contohnya ialah , di pesisir Pasifik California, penduduk asli Amerika mengonsumsi abalon dan terutama keong burung hantu dalam jumlah besar. Disisi lain ini juga memberikan dampak ialah makhluk moluska ini menjadi makhluk yang langka karena adanya pemanenan secara berlebihan.
Adapun dalam sebuah penelitian, dengan adanya penemuan fosil Moluka ini menjadi sebuah sumber infomasi yang sangat berharga. Umumnya, penemuan fosil yang telah dilaporkan lalu akan dibaca dan ditelurusi asal-usulnya yang kemudian akan dijadikan suatu ekspedisi yang dilakukan untuk mengumpulkkan spesimen-spesimen dan menjawab berbagai pertanyaan tentang bentuk-bentuk kehidupan pada masa purba serta lingkungannya dalam skala geologi.
Penemuan Fosil
Fosil banyak ditemukan di Bandung, hal ini berkaitan dengan adanya pembentukan danau Purba. letusan Gunung Sunda terjadi beberapa kali yang terbagi menjadi 13 episode antara 210.000 -- 120.000 tahun yang lalu. Lontaran material dari letusan Gunung Sunda terbesar tercatat mencapai 66 Km3 hingga menutupi kawasan sejauh 200 km2.
Besarnya lontaran material tersebut menyebabkan Gunung Sunda kemudian runtuh kedalam, sehingga membentuk sebuah kaldera seluas 6,5 x 7,5 Km dan membendung aliran sungai Citarum Purba di Utara Padalarang. Inilah awal mulai dari Danau Bandung Purba yang membentang dari Cicalengka hingga Padalarang serta dari Dago ke perbatasan Soreang dan Ciwidey.
Proses surutnya Danau Bandung Purba di mulai pada masa Neolitikum, diperkirakan terjadi sekitar 16.000 tahun yang lalu secara bertahap selama berabad-abad. Penyebab dari penyusutan danau ini dikarenakan terjadinya gempa bumi dan tanah longsor antara Curug Cukangrahong dan Curug Halimun, sehingga memungkinkan air danau yang terbendung untuk mengalir keluar dan meninggalkan cekungan yang kini menjadi Cekungan Bandung.
Sebelum penyusutan Danau Bandung Purba terjadi, keberadaan Danau Purba ini telah menjadi habitat bagi kelangsungan mahluk hidup disekitar. Terbukti dari banyaknya penemuan fosil yang menandakan adanya kehidupan seperti penemuan berbagai kumpulan fosil Moluska alias kerang-kerangan (Hanifa, 2023)
Masalah dan Solusi untuk Fosil Karang Bunga pada Museum Sribaduga Bandung