Setiap manusia pasti tidak akan luput dari masalah. Karena sejatinya, hidup hanyalah rentetan masalah yang berulang bahkan berlipat ganda, dan pasti akan selesai. Pandangan individu terhadap masalah itu sendiri berdampak besar terhadap perlakuan individu tersebut dalam menyelesaikannya. Tidak semua orang tahan jika diberi tekanan berlebih.Â
Ada yang beranggapan bahwa, mereka harus menyelesaikannya masalahnya untuk mendapat kebahagiaan tertentu. Contoh sederhananya ialah ketika kita ingin "break" dari hituk pikuk nya dunia, sebagian orang akan berpikir untuk membakar tembakau dan menyeruput secangkir kopi.Â
Orang tersebut mau tidak mau harus menyelesaikan masalah pertamanya, yaitu memanaskan air dan menunggunya dan menyeduh secangkir kopi yang paling tidak dibutuhkan waktu 3 menit. Setelah itu, ia harus menunggu secangkir kopi itu cukup hangat untuk diminum.Â
Dan masalah terakhir yang ia hadapi ialah, ia harus mencari tempat untuk "melamun". Dan begitu seterusnya. Bayangkan, kita harus melewati beberapa menit hanya untuk menikmati sebatang tembakau dan secangkir kopi yang akan habis dalam 5 menit. Dan lagi, kita akan dilanda banyak masalah setelah itu.
Hampir seluruh penikmat tembakau di dunia pasti mengsandingkan tembakau dengan kopi, entah pahit atau manis. Terlepas dari resiko yang diterimanya, hal tersebut merupakan salah satu langkah ampuh untuk "menunda" masalah yang akan datang dengan "seni". Mereka yang melakukannya hanya ingin melamun dari fana'nya dunia dan melanjutkan ke fana'an-nya lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H