Mohon tunggu...
SHAHIB  ANSHARI
SHAHIB ANSHARI Mohon Tunggu... Ilmuwan - Presiden Mahasiswa KEMA SSG 2018 I Penulis Buku Merawat Indonesia

Gas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Kita Tahu, Kita Tidak Akan Pernah Belajar

28 Juli 2019   03:20 Diperbarui: 28 Juli 2019   04:30 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Jikalah Allah menumpahkan sekaligus seluruh pengetahuan dan rahasianya kepada setiap diri manusia, niscaya kitapun takan pernah bertemu dengan namanya belajar. Maka persis seperti judul buku bang @faldomaldini ; selama kita hidup, selama itu pula kita belajar.

Tetapi tentunya, dalam prosesi serta ikhtiarnya, kita tak cukup hanya membebankan kepada akal saja untuk memikul jiwa pembelajar manusia. Dengan itu Allah berikan hati, ke setiap dada ummat-Nya. Karena Akal tak mampu untuk menanggung beban seutuhnya. Sebab, yang dibutuhkan oleh setiap jiwa para pembelajar bukan hanya ilmu; ada yang lebih harus digali setelah ilmu. Yaitu Hikmah.

Percuma kita berilmu, namun tak dapat memaknai dari setiap untaian ilmu yang kita dapat. Percuma kita belajar namun tak bisa menyerap hikmah dari setiap rententan jalan belajar yang pernah kita garap.

Hendak kita berkaca dari banyaknya para guru terdahulu yang telah lebih dulu berhasil menserasikan tentang hal itu. Dari mulai peran para wali songo membawa misi dakwah ke tanah nusantara. Yang hari ini kita telah nikmati nilai peradaban yang dibawanya. Bertahap, berani dan beradab, namun pasti. Ia sampaikan pesan hikmah dalam setiap geriknya; Sunan Kali Jaga dengan kesenian dan lir ilirnya, Sunan Bonang dengan budayanya, hingga seorang Sunan Giri dengan permainannya.

Pun sama kita rasakan nilai ilmu yang tak kering oleh hikmah dari generasi selanjutnya. Tentang kisah Ahmad Dahlan DKK. Ia mampu mengubah sudut pandang agama dari nilai mistik menjadi sebuah rahmat dan solusi bagi setiap mahkluk yang hidup di area semesta; dari yang awalnya meja dan perangkat belajar saja, dipandang sebuah benda yang haram karena dinilai itu adalah barang buatan orang kafir. Namun kini, sudut pandang kaku itu berubah menjadi nilai yang sangat berharga. Dan hari ini kitapun merasakan manfaatnya.

Itulah jiwa para pembelajar para soko guru peradaban, ia bergerak untuk sebuah cita cita.
Maka setelah inipun kita harus sadar bahwa perubahan itu akan selalu ada di depan para pembelajar.

Dan untuk menjadi seorang pembelajar, tak cukup hanya punya pikiran, lebih dari itu. Hatipun perlu diberdayakan. 

SEMOGA KELAK, KITALAH YANG AKAN MENERUSKAN VISI SOKO GURU PERADABAN TERSEBUT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun