Pergaulan bebas merupakan fenomena yang semakin marak di kalangan remaja saat ini. Dengan perkembangan teknologi dan media sosial, interaksi antar individu menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, di balik kemudahan tersebut, pergaulan bebas membawa berbagai dampak yang signifikan terhadap perkembangan mental, emosional, dan sosial remaja. Dalam pandangan psikologi, melihat remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa yang perkirakan usia sekitar 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada saat usia 18 hingga 22 tahun. Masa awal remaja mudah diamati dengan timbulnya gejala-gejala atau perubahann dalam hal fisik dan psikis khususnya masalah seksualitas. Sedangkan batas akhir remaja sukar untuk diberikan batasan mutlak namun tanda-tandanya dapat diamati pada saat terjadinya kelambanan pertumbuhan.Â
Pergaulan bebas remaja di era globalisasi ini telah menjadi isu sosial yang sangat meresahkan masyarakat. Seiring dengan berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, pergaulan bebas remaja semakin meningkat. Pergaulan artinya proses bergaul dan bebas yaitu lepas tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan. Dengan kata lain pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas kewajiban serta melanggar norma. Perilaku tidak terpuji ini telah menjadi kebiasaan di masyarakat, khususnya dikalangan generasi muda.
Salah satu dampak negatif dari pergaulan bebas adalah terjadinya penurunan moral dan etika pada remaja. Dalam pergaulan bebas, remaja cenderung terpapar pada perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama, budaya, dan hukum yang berlaku di masyarakat. Misalnya, pergaulan bebas dapat mendorong remaja untuk terlibat dalam perilaku seks pranikah, penyalahgunaan narkoba, dan tawuran. Hal ini dapat merusak integritas pribadi dan mengganggu perkembangan mental serta emosional mereka.
Seks pranikah dikalangan remaja disebabkan minimnya perhatian orang tua yang kemudian membuat anak muda mencari kesenangan dari luar rumah. Perilaku seks bebas juga dapat disebabkan oleh tidak adanya pemahaman tentang seks yang memadai dalam keluarga terhadap remaja. Oleh karena itu keluarga pada dasarnya mempunyai peranan untuk membentuk perkembangan, kepribadian dan sebagai pengontrol bagi anak remaja untuk dapat memberikan batasan-batasan dalam menjalani kehidupan sosial.
Remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas cenderung lebih rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan. Dari sisi psikologis, remaja yang terlibat dalam perilaku yang tidak sehat sering kali mengalami stres, depresi, dan gangguan kecemasan.
Pada era globalisasi saat ini juga media sosial membawa pengaruh terhadap pergaulan bebas, media yang tersedia dengan berbagai aplikasi memudahkan mereka untuk mengakses, menonton, atau melihat hal yang belum pantas untuk di tonton anak-anak, banyak situs yang berbau pornografi yang mudah diakses yang bisa berakibat buruk. Mereka cenderung untuk meniru atau mencoba hal yang baru demi menjawab rasa penasaran mereka, maka dari itu bisa terjadinya seks bebas di kalangan remaja.Â
Pergaulan bebas di kalangan remaja menjadi fenomena yang semakin marak dan memprihatinkan di era globalisasi ini. Terpengaruh oleh perkembangan teknologi dan media sosial, remaja sering kali terjebak dalam perilaku menyimpang yang melanggar norma sosial, agama, dan budaya. Oleh karena itu, peran keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam membimbing remaja agar dapat memilih pergaulan yang sehat dan bermanfaat bagi perkembangan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H