Mohon tunggu...
Shafwan Hanif
Shafwan Hanif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya Shafwan Mahasiswa Airlangga jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cloths Don't Have Gender

21 Juni 2022   21:05 Diperbarui: 21 Juni 2022   21:10 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pakaian adalah salah satu kebutuhan primer manusia, selain makan dan tempat tinggal. Bagi
beberapa orang juga pakaian merupaka hal penting di hidup mereka, karena ketika mereka
berpakaian sesuai keinginannya mereka akan merasa lebih percaya diri dan juga sebagai
pemenuh kepuasan diri sendiri. Cara berpakaian orang-orang juga berbeda sesuai keinginan
mereka masing-masing dari sudut pandang mereka mana yang cocok untuk mereka, serta cara
berpakaian ini juga telah tercantum dalam peraturang di negara ini terkait kebebasan berekspresi.
Dalam hal ini kita bisa menyimpulkan bahwa seseorang bebas berkreasi dalam cara berpakaian.
Sesuai dengan kutipan yang sering kali terdengar bagi orang yang suka dengan pakaian yaitu,
"Fashion or Clothes Have no Gender" tidak ada stereotip gender dalam berpakaian, semua orang
bebas memakai yang mereka suka dan membuat diri mereka nyaman. Beberapa tahun ke
belakang mulai naik style genderless fashion, style ini digunakan oleh siapa saja pria ataupun
wanita yang menggunakan pakaian perempuan ataupun sebaliknya dan tak peduli dengan
batasan fashion karena memang tidak ada batasannya. Sebab di kepala mereka, genderless
fashion adalah gaya yang tak memandang feminin atau pun maskulin.


Trend ini mulai naik kembali pada tahun 2020 sampai saat ini, trend ini bermula ketika Harry
Styles menjadi cover majalah Vogue dengan menggunakan dress. Hal ini tentu mendapat pro dan
kontra, Harry Styles malah dicap bahwa orientasi seksual nya menjadi abu-abu. Dia hanya bisa
berkomentar "Apa yang dipakai wanita. Apa yang dipakai pria. Bagi saya, itu bukan pertanyaan
tentang itu, yang terpenting adalah untuk menjadi diri sendiri" kata Harry. Selain Harry Styles,
musisi yang memakai dress juga ada Jaden Smith. Walaupun dia sempat ditentang oleh Ayahnya
yaitu Will Smith tetapi dia mampu menjawab bahwa jika memakai dress adalah kesukaannya,
dia akan tetap pakai itu. Genderless fashion juga merambah di Indonesia, publik figur yang
sering berpakaian seperti ini adalah Oslo Ibrahim seorang musisi yang mendobrak stereotip
berpakaian di Indonesia. Dia sudah terbiasa mendapat komentar tentang nya, tetapi publik di
negara ini bisa mulai menerima tren luar negeri dan menganggapnya suatu hal yang unik. Aktor
Jefri Nichol juga mendukung tren fashion ini "Mau pakai rok kek atau apa, ya kalo lo nyaman ya
pakai aja. Ya lo kalau mau berpakaian, ya sebebas lo aja lah. Nggak ada rules-nya juga." Jefri
dalam interview yang diunggah oleh Herbyuss. Menurutnya hal ini adalah kemajuan dalam dunia
fashion karena breaking the barrier of stereotype. Pada dasarnya kita bebas mengungkapkan
ekspresi kita dalam berpakaian selama kita nyaman dan tidak merugikan orang lain. Ketika kita
berpakaian, kita telah menunjukkan bahwa kita sayang pada diri kita sendiri. Tidak selamanya
berpakaian secara edgy ataupun menonjol dimaksudkan untuk menarik perhatian lawan jenis. "I
am a man who likes to wear skirts. As long as I want, I will dress immediately without
hesitation. " - Actor Billy Porter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun