Mohon tunggu...
Shafwah arka Luvena
Shafwah arka Luvena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

MEDIA SOSIAL: Alat Perubahan atau Ancaman Terhadap Kesehatan Mental

1 Januari 2025   21:25 Diperbarui: 1 Januari 2025   21:25 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari membantu terhubung dengan teman dan keluarga hingga menjadi platform untuk kampanye sosial dan bisnis, media sosial menawarkan potensi besar sebagai alat perubahan. Namun, di balik manfaatnya, ada sisi gelap yang berpotensi merusak kesehatan mental individu. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah media sosial lebih banyak membawa perubahan positif, atau justru menjadi ancaman serius terhadap kesejahteraan mental kita?

Media Sosial sebagai Alat Perubahan Positif

Tidak dapat disangkal bahwa media sosial memiliki kekuatan untuk membawa perubahan positif. Kampanye sosial seperti #MeToo, #BlackLivesMatter, atau gerakan lingkungan telah membuktikan bagaimana platform ini dapat menggerakkan jutaan orang untuk bertindak demi perubahan sosial. Media sosial juga memberikan akses ke informasi yang luas dan kesempatan untuk saling belajar dari berbagai latar belakang budaya.

Bagi individu, media sosial dapat menjadi sarana ekspresi diri, membangun komunitas, dan mencari dukungan emosional. Banyak organisasi kesehatan mental menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu mental dan memberikan akses ke sumber daya bagi mereka yang membutuhkan. Dalam konteks ini, media sosial dapat menjadi alat pemberdayaan yang memberikan ruang bagi individu untuk merasa dilihat dan didengar.

Ancaman terhadap Kesehatan Mental

Di sisi lain, penggunaan media sosial yang tidak sehat dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan perasaan rendah diri. Hal ini sering kali disebabkan oleh fenomena comparison culture---di mana pengguna membandingkan kehidupan mereka dengan citra ideal yang ditampilkan oleh orang lain di platform tersebut.

Selain itu, ketergantungan pada likes dan komentar sebagai bentuk validasi diri dapat memunculkan perasaan tidak aman ketika harapan tidak terpenuhi. Fitur seperti infinite scrolling juga dirancang untuk membuat pengguna terus-menerus terhubung, yang pada akhirnya dapat mengganggu pola tidur, produktivitas, dan keseimbangan hidup.

Cyberbullying dan penyebaran informasi palsu adalah ancaman serius lainnya. Banyak individu, terutama remaja, menjadi korban pelecehan daring yang menyebabkan trauma emosional. Dalam skala yang lebih luas, paparan berita palsu atau konten negatif dapat menciptakan rasa cemas dan ketidakpastian tentang dunia di sekitar kita.

Mengatasi Dilema Media Sosial

Untuk menjadikan media sosial sebagai alat perubahan positif tanpa mengorbankan kesehatan mental, pendekatan yang bijaksana sangat diperlukan. Individu dapat mulai dengan membatasi waktu penggunaan media sosial dan mengkurasi konten yang mereka konsumsi. Mengikuti akun yang memberikan inspirasi dan dukungan positif dapat membantu menciptakan pengalaman daring yang lebih sehat.

Di tingkat platform, perusahaan teknologi memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan digital yang aman. Ini dapat mencakup algoritma yang mendukung konten edukatif dan inspiratif, serta mekanisme yang lebih kuat untuk melindungi pengguna dari cyberbullying dan penyalahgunaan. Pendidikan tentang literasi digital juga menjadi kunci. Dengan memahami bagaimana media sosial bekerja dan bagaimana pengaruhnya terhadap emosi kita, pengguna dapat menjadi lebih kritis dan bijaksana dalam memanfaatkan teknologi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun