Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beraneka ragam bentuk kebudayaan. Kekayaan yang dimiliki oleh negara Indonesia bukan hanya dari sumber daya alam saja, tetapi memiliki kekayaan lain seperti kebudayaan di masing-masing suku Indonesia yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia. Salah satunya yaitu terletak di Provinsi Jawa Timur, lebih tepatnya berada di Kabupaten Situbondo.Â
Mayoritas suku yang berada di Kabupaten Situbondo adalah Madura dan Jawa.Â
Meskipun Kabupaten Situbondo dijuluki sebagai kota santri dan tetap menjunjung tinggi nilai kebudayaan. Salah satu daerah yang berada di Kabupaten Situbondo yaitu Kecamatan Kendit Desa Bugeman yang terkenal dengan kebudayaan Tari Ojhung.
Tari Ojhung biasa dilaksanakan saat memperingati  Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Maulid Kalender Hijriyah. Tari Ojhung bertujuan untuk menghindari dari bahaya bencana alam, mengusir berbagai macam mara bahaya dan juga sebagai bersih desa dan untuk memperkenalkan desa Bugeman agar dikenal oleh masyarakat luar.Â
Pelestarian Tari Ojhung di desa Bugeman didirikan oleh Bu Wiwik Hendriyati (Wiek Moen) 40 tahun yang merupakan pendiri sanggar bernama "Kembang Molja". Sanggar ini berdiri pada 28 Oktober 2015 hingga sekarang. Sanggar ini berada di Dusun Pandegan Desa Bugeman Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo.Â
Pemilik sanggar tersebut merupakan lulusan dari Fakultas Seni Tari di Universitas Malang. Â Bu Wiwik didampingi oleh beberapa anggota sanggar yang memiliki peran sebagai pelatih bernama Dela, Imel, Sandi, Vina, Pinkan, Ayu, Abel dan Farah. Adapun pengrawit yang bernama Ali, Kingkin, Aril, Adit, Faisal dan Agung.
Tak hanya Tari Ojhung saja yang dilestarikan pada sanggar tersebut, namun ada tari yang bernama tari "Kembang Molja". Pada sanggar tersebut memiliki 4 tarian yang biasa ditampilkan yaitu, Cak Lonceng, Belkok, Lengkak-Lengkok, dan Jembr.Â
Anggota dari sanggar "Kembang Molja" berjumlah kurang lebih 75 penari dan pengrawit. Anggota sanggar tersebut tidak hanya dari desa Bugeman dan Kecamatan Kendit, namun juga dari berbagai daerah di Situbondo. Untuk usia penari terpaut dari 4 tahun. Latihan rutin dilaksanakan pada hari Jumat sore dan Minggu pagi. Latihan tersebut dilakukan selama kurang lebih 2 -- 3 jam.Â
Pembelajaran tari "Kembang Molja" tidak dilakukan dengan pemanasan, namun mereka langsung memperagakan dari 4 tarian tersebut. Tingkat pelatihan terdiri dari 4 level yang terdiri dari tidak bisa, lumayan bisa, bisa, dan menuju senior. Proses adaptasi dari 4 level tersebut terhitung mulai awal latihan hingga kurun waktu kurang lebih 5 minggu tergantung dari kemampuan dan keseriusan anggota.
Pada saat COVID-19 sanggar "Kembang Molja" memiliki kendala dikarenakan latihan tidak bisa produktif seperti hari -- hari biasa. Anggota yang datang lebih sedikit dari biasanya.