Mohon tunggu...
Shafo De Robby
Shafo De Robby Mohon Tunggu... -

pengangguranship

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Morotai, Dapatkan Kecupan di Bibir Pasifik

7 April 2014   15:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13968346441059676187
13968346441059676187

“ Semoga perang ini membawa keberuntungan.”

Sebaris kalimat yang ditemukan Prajurit Harold Robinson pada kain bendera Jepang di tahun 1945. Ungkapan itu menjadi luar biasa karena lokasi penemuan bendera itu adalah di Pulau Morotai, pulau di ujung utara Indonesia. Sebagian besar rakyat Indonesia mungkin sudah abai, tidak mengenal dengan pulau strategis di bibir Pasifik itu. Syukurlah pada bulan september 2012, diselenggarakan acara “ Sail Morotai 2012 “. Mencoba mengangkat kembali memori bangsa ini, tentang peran penting Pulau Morotai, bukan hanya bagi bangsa Indonesia tetapi juga bagi peradaban dunia.

Perang Dunia II yang menyeret negara Jepang untuk berhadapan dengan Amerika beserta sekutunya, menjadikan negara-negara di Asia Pasifik sebagai medan pertempuran. Pada era tahun 1941 – 1945 berkecamuk perang Pasifik. Peran penting Pulau Morotai yang strategis di Perairan Pasifik, sebagai posisi pijakan awal sebelum menguasai kepulauan diPasifik, menjadikannya tempat konsolidasi bagi komando darat, laut dan udara bagi ratusan ribu pasukan baik dari fihak Sekutu maupun tentara Jepang. Sejak tahun 1942 Morotai dikuasai oleh tentara Jepang, Dimana sebagian wilayah Philipina, Kalimantan dan Kepulauan di Sulawesi juga telah takluk oleh Jepang. Morotai pun menjadi markas bagi sekitar 400 pesawat tempur, di bawah komando Kapten Oyama sekitar 500 prajurit Jepang disiagakan. Dominasi Jepang di Pasifik semakin kuat dengan pertahanan di Pulau Morotai.



Tahun 1944 menjadi tonggak penting peradaban dunia ditorehkan oleh Pulau Morotai. Memahami arti penting posisi strategis Pulau Morotai maka Jenderal Douglas Mac.Arthur, yang sangat terkenal pada era Perang Dunia II, mengerahkan ribuan tentara untuk merebut Pulau Morotai. Dengan diangkut ratusan kapal perang tentara Sekutu mulai mendarat di Pulau Morotai. Tepat pada tanggal 15 September 1944 Jenderal Mac.Arthur memimpin tentara sekutu menggempur Morotai yang sebelumnya dikuasai tentara Jepang selama dua tahun. Namun tentara sekutu baru bisa memenangkan pertempuran setelah 20 hari. Baru pada tanggal 4 Oktober 1944 Sekutu bisa menguasai Morotai sepenuhnya. Langkah awal tentara sekutu untuk memperkuat armada udaranya adalah dengan membangun landasan terbang bagi pesawat perang dan pesawat pengebomnya. Di Pulau kecil itupun telah menjadi basis kekuatan Sekutu sebelum menyeberang ke Philipina. Pada 27 Agustus 1945 di Pulau Morotai dibahas proses penyerahan tentara Jepang kepada Sekutu. Dari pulau kecil ini pula perang itu akhirnya mulai diakhiri.

MOROTAI KINI

Morotai yang dulunya hanyalah sebuah kecamatan kecil, sekarang sudah menjadi sebuah kabupaten berusia tiga tahun, bagian dari Propinsi Maluku Utara. Potensi wisata menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang datang. Wisata lautnya yang alami dengan pulau-pulau kecil yang mengelilingi Morotai, konon pasir putih di Morotai menjadi favorit Jenderal Mac Arthur berjemur. Morotai pun menawarkan musium bawah air, tetapi jangan dibayangkan anda menjumpai bangunan indah sebuah musium di bawah laut Morotai. Musium bawah air adalah istilah bagi para penyelam yang menikmati sisa-sisa peninggalan perang dunia dua yang masih tertinggal dasar laut Morotai. Penyelam dapat menikmati bangkai-bangkai pesawat tempur dan peralatan perang yang masih berbentuk walau telah terendam lama di laut Morotai. Peralatan militer yang terbuat dari besi putih -yang lebih tahan terhadap karat- menjadikanya tetap bertahan sehingga setiap penyelam dapat menikmatinya sampai sekarang.

Bangkai kapal ataupun bangkai pesawat yang menghuni dasar laut Morotai seolah kini telah menjadi kekayaan terpendam bagi masyarakat Morotai. Bahan logam yang tahan karat itu sebagian telah diangkat, untuk diolah tangan-tangan kreatif Morotai menjadi aksesoris menarik, sebagai oleh-oleh wajib ketika berkunjung ke Morotai. Bermacam kalung, gelang, ataupun anting-anting dari besi putih dapat dijumpai di lapak pinggir jalan.

Pesona alam Morotai sudahlah pasti daya tarik utama wisatawan untuk berkunjung ke Morotai. Suasana pantai dengan pasir putihnya, matahari dengan sunrise dan sunset serasa memanjakan mata setiap wisatawan. Pepohonan kelapa berbaris di bibir pantai menyambut setiap pengunjung.

Bagi bagpacker datang ke Morotai adalah tantangan tersendiri. Morotai telah memiliki dermaga penumpang untuk jalur laut,juga terdapat bandar udara milik TNI-AU. Pintu masuk jalur laut ke Morotai hanya melalui dermaga penumpang di kota Daroeba. Kapal penumpang yang singgah di dermaga ini adalah kapal yang berasal dari Tobelo, sebuah pulau di seberang Pulau Morotai. Waktu tempuh Tobelo-Morotai sekitar satu jam dengan menggunakan speedboat.

Bagi wisatawan di luar Maluku, jika menggunakan jalur udara, maka tujuan penerbangan anda adalah bandara Ternate. Dari Ternate dimulai perjalanan laut menggunakan speedboat menuju Sofifi atau Sidangoli, perjalanan kurang lebih satu jam. Dari Sofifi perjalanan dilanjutkan ke Tobelo, kali ini ditempuh dengan perjalanan darat melewati pesisir pantai. Jalan berkelok-kelok melewati kebun kelapa sepanjang Teluk Kao (pernah jadi basis pertahanan tentara Jepang). Perjalanan darat Sofifi-Tobelo memakan waktu sekitar tiga jam. Sesampainya di Tobelo, maka dengan menaiki speedboat kita dapat menuju dermaga Daroeba Morotai. Alam pantai dan keramahan penduduknya siap memanjakan setiap pengunjung yang datang. Namun alangkah baiknya jika sebelum berbelanja untuk menanyakan terlebih dulu harganya, karena barang-barang dan makanan relatif lebih mahal jika dibanding kota lain.

Selamat berkunjung dan menikmati kecupan manis kota sejarah di bibir Pasifik…

penulis : Shafa de Robby (twitter: @robbyshafa)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun