Pada tanggal 8 Desember 2024, sejarah Suriah mencatat momen penting ketika rezim Bashar al-Assad, yang telah berkuasa selama lebih dari 50 tahun, akhirnya runtuh. Kejatuhan ini ditandai dengan pengambilalihan ibu kota Damaskus oleh pasukan oposisi bersenjata, khususnya kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang melancarkan serangan besar-besaran setelah bertahun-tahun konflik yang menghancurkan.
Latar Belakang Konflik
Kekuasaan keluarga Assad dimulai dengan Hafez al-Assad pada tahun 1971 dan diteruskan oleh putranya, Bashar, setelah kematian Hafez pada tahun 2000. Selama masa pemerintahannya, Bashar al-Assad dikenal dengan pendekatan represif terhadap oposisi, terutama setelah gelombang protes damai yang dimulai pada tahun 2011. Tindakan keras yang brutal terhadap demonstrasi tersebut memicu perang saudara yang berkepanjangan, mengakibatkan lebih dari setengah juta kematian dan jutaan pengungsi.
Jatuhnya Damaskus
Serangan oleh HTS dan sekutu mereka dimulai pada akhir November 2024. Dalam waktu singkat, mereka berhasil merebut kota-kota strategis seperti Aleppo dan Homs sebelum akhirnya memasuki Damaskus. Tanpa perlawanan yang berarti dari tentara Suriah yang sudah lemah, para pemberontak mengumumkan bahwa mereka telah membebaskan ibu kota dan mengakhiri rezim Assad. Dalam pelarian dramatisnya, Bashar al-Assad dilaporkan melarikan diri ke Rusia, meninggalkan kekuasaan yang telah diwariskan selama beberapa generasi.
Reaksi dan Implikasi
Perdana Menteri Suriah, Mohammed Ghazi al-Jalali, dalam pernyataannya menegaskan kesediaannya untuk bekerja sama dengan kepemimpinan baru yang dipilih oleh rakyat Suriah, menandakan kemungkinan transisi menuju pemerintahan baru. Sementara itu, para pemimpin pemberontak berjanji untuk membangun "tanah air untuk semua" dan menghilangkan kekhawatiran sektarianisme di antara warga Suriah. Kejatuhan rezim Assad juga membawa dampak signifikan bagi Iran, salah satu sekutu terdekat Assad. Banyak analis berpendapat bahwa hilangnya Assad dapat memicu tantangan baru bagi pemerintah Teheran dan memperlemah posisi mereka di kawasan.
Kesimpulan
Runtuhnya rezim Assad menandai berakhirnya era penindasan dan kekerasan yang telah berlangsung selama lebih dari lima dekade di Suriah. Meskipun tantangan besar masih menghadang dalam membangun kembali negara pasca-konflik ini, harapan akan era baru bagi rakyat Suriah kini mulai terlihat. Dengan banyaknya warga yang merayakan kebebasan baru mereka di jalanan Damaskus, masa depan Suriah tetap menjadi fokus perhatian dunia internasional.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H