Dalam tubuh kita terdapat banyak jenis sel yang bertugas untuk memastikan organ tubuh kita berfungsi dengan baik, sel punca merupakan salah satu jenis sel yang memiliki kapasitas untuk menyesuaikan dan memulihkan jaringan tubuh yang rusak atau terganggu. Detik ini potensi sel punca memiliki kemampuan spesial dan dikatakan dapat membuat terobosan baru dalam mengobati berbagai penyakit dan kondisi, seperti penyakit jantung, diabetes, Alzheimer, dan bahkan kanker dengan cara transplantasi. Metode ini menggunakan sel-sel punca dari tubuh pasien itu sendiri, dengan begitu resiko penolakan sel punca dalam tubuh pasien akan lebih rendah dan tidak banyak mengalami efek samping.
Meski demikian, penggunaan sel punca dalam penelitian dan pengobatan juga menimbulkan masalah moral yang diperdebatkan, khususnya penggunaan embrio manusia dalam penelitian sel punca. Embrio manusia biasanya dibuat melalui fertilisasi in vitro (FIV) dan setelah itu tidak digunakan dalam program kehamilan, sehingga menjadi sumber sel punca untuk penelitian dan pengobatan.
Beberapa orang percaya bahwa embrio manusia memiliki hak untuk hidup, dan penggunaan embrio manusia dalam penelitian sel punca dianggap sebagai bentuk pembunuhan. Namun, di sisi lain, para ahli berpendapat bahwa penggunaan embrio manusia dalam penelitian sel punca dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi banyak orang yang menderita penyakit dan kondisi yang saat ini belum ada pengobatan yang berhasil.
Salah satu jenis sel punca yang paling banyak diperdebatkan adalah sel punca embrionik (ESC). Sesuai dengan namanya, sel punca embrionik ini berasal dari embrio yang berusia 3-5 hari, karena di saat itu embrio hanya memiliki 150 sel. Hal ini membuat sel memiliki potensi untuk berubah menjadi beragam sel tubuh lainnya, serta memiliki kapasitas untuk memperbaiki atau menggantikan sel-sel yang rusak atau hilang dalam berbagai jenis jaringan dan organ dalam tubuh manusia. Namun, untuk mendapatkan sel punca ini, embrio manusia harus dimusnahkan. Karena itulah sel punca embrionik sangat diperdebatkan dari sisi etika.
Namun demikian, para ahli menyatakan bahwa penyelidikan dan pengobatan termasuk sel punca embrionik sangat penting dan harus dilakukan karena memiliki potensi luar biasa untuk membantu mengatasi kondisi kesehatan yang merepotkan atau tidak dapat diatasi dengan strategi lain. Selain itu, para ahli juga terus mengembangkan strategi pilihan untuk mendapatkan sel punca, seperti mengambil sel punca dari jaringan manusia yang sudah ada, dengan cara ini meminimalkan penggunaan embrio manusia dalam penelitian dan pengobatan sel punca.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, penggunaan sel punca dalam beberapa penelitian dan pengobatan terlihat memiliki potensi yang luar biasa untuk memajukan kualitas hidup manusia, dan memberikan bantuan bagi penyakit yang jauh lebih sulit bahkan tidak dapat disembuhkan dengan cara lain. Walaupun begitu, penggunaan embrio manusia dalam penelitian sel punca masih menjadi isu moral yang sensitif dan selalu dipertanyakan, namun para ahli akan terus mencari cara untuk menciptakan strategi pilihan yang lebih bermoral dan memuaskan secara etis serta bisa menguntungkan pihak yang membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H