Seperti sudah menjadi tradisi turun temurun bahwa semua orang pasti merayakan valentine day pada tanggal 14 Februari tiap tahunnya. Pada hari itu bisa dipastikan hampir semua tempat hiburan seperti mall, klab malam, restoran dah hotel penuh dengan pengunjung yang merayakan valentine dengan orang yang mereka sayangi. Dari sini sudah bisa dilihat berapa banyak keuntungan yang diraup pada hari valentine, tak hanya tempat hiburan saja yang ramai namun penjualan seperti coklat, bunga, boneka dan bahkan kondom yang notabene sebagai alat kontrasepsi pun mengalami peningkatan dalam penjualannya. Sekali lagi disini yang diuntungkan adalah para kapitalis (pengusaha/pemilik modal).
Kata lain dari hari valentine adalah hari kasih sayang, karena dihari ini semua orang mengungkapkan perasaan mereka kepada orang yang mereka cintai. Dan pengungkapan rasa sayang ini pun bermacam-macam bentuknya, mulai dari memberi coklat, bunga, boneka teddy bear warna pink hingga memberikan keperawanan mereka dan ini sudah menjadi hal yang biasa. Dan dampaknya adalah penjualan kondom yang laris manis, hotel-hotel dan klab malam penuh pada hari ini. Sekali lagi yang diuntungkan adalah para kapitalis.
Perusakan moral adalah istilah yang tepat, kondom dijadikan bonus pada setiap pembelian coklat di supermarket yang mana itu mudah untuk didapatkan. Sekarang yang menjadi masalah adalah bagaimana jika yang membeli itu adalah anak kecil atau remaja yang kebanyakan dari mereka berstatus sebagai pelajar. Apa yang kira-kira ada didalam pikiran mereka begitu melihat bahkan membeli coklat dengan bonus kondom? Sementara akses informasi saat ini tidak ada filter sedikitpun dari negara, tayangan di televisi pun penuh dengan pornografi dan pornoaksi.
Alhasil media cetak maupun elektronik penuh dengan berita tentang kasus pencabulan di segala kalangan maupun usia. Anak sekolah dasar pun mampu melakukan aktivitas seksual layaknya orang dewasa dengan teman seusianya. Banyaknya kasus aborsi yang sebagian besar dilakukan oleh para pelajar mulai dari SMP, bahkan melakukan free sex sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Dan jangan ditanya lagi berapa banyak kasus PMS (Penyakit Menular Seksual) yang terjadi hingga saat ini.
Akses kondom yang sangat mudah sekali didapatkan menjadi salah satu penyebabnya. Para pengusaha kondom pun tidak akan mau rugi, bahkan mereka semakin gencar melakukan promosi untuk meningkatkan penjualan mereka, dan negara juga semakin banyak pula menerima pajak dari perusahaan kondom tersebut. Negara juga tidak mau rugi, karena nya semakin dipermudahlah penjualan kondom di negeri ini. Pajak yang diterima negara hanya dinikmati oleh segelintir orang saja sementara rakyat semakin dirusak moralnya oleh negara kita sendiri.
Keuntungan dan manfaat serta kebebasan, itulah yang terjadi saat kita hidup di system kapitalisme liberal. Tak akan diperdulikan secara serius tentang kesejahteraan dan moral rakyatnya sendiri. Negara seharusnya menjadi pelindung bagi rakyatnya, sudahlah rakyat dibebani dengan kebutuhan hidup dengan harga yang kian melambung tinggi, ditambah lagi negara tak mampu menjaga moral bangsa ini. Rakyat ini butuh perubahan, bukan hanya janji. Wahai pemimpin negeri ini, tolong lindungi kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H