Kebangkitan pemuda Indonesia yang bagaimana yang seharusnya menjadi harapan negeri ini? Apakah para pemuda yang gemar tawuran, apakah para pemuda yang kecanduan alcohol serta narkoba ataukah para pemuda yang menganut paham kebebasan dalam seluruh aspek hidup mereka? Mungkin terdengar sedikit naïf, tapi apa memang benar Sumpah Pemuda yang dulu dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 di gedung Indonesisch Club Gebouw (Wisma Indonesia) di Kramat Raya 106 Jakarta. Dicetuskan oleh sekelompok pemuda Indonesia pada masa pergerakan nasional. Merupakan puncak peneguhan ideologi ke-Indonesia-an dan peristiwa nasional, yang membawa semangat nasionalisme ke tingkat yang lebih tinggi. (www.jakarta.go.id) apakah memang benar pada kenyataannya para pemuda kita ini masih memiliki semangat nasionalisme yang tinggi? Atau apakah nasionalisme tersebut hanya akan terlihat pada saat diadakannya pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia atau melawan Korea Selatan. Atau mungkin semangat itu muncul ketika salah satu kebudayaan kita diakui oleh negara lain.
Kenyataan yang sangat ironis sekali yakni bahwa faktanya adalah para pemuda Indonesia saat ini walaupun tidak semuanya telah terbius dengan gaya hidup barat yang “kurang sehat” seperti film, food and fashion. Ketiga factor tersebut yang mendominasi pola hidup para pemuda kita saat ini, dengan film yang sekaligus song atau musik yang sudah termasuk di dalamnya sudah membuat para pemuda kita hidup seperti dalam fantasi film-film luar maupun dalam negeri yang beredar dan berjiwa lembek dengan merajalela-nya song/lagu-lagu cinta dimana-mana. Lalu dimana sebenarnya esensi dari Sumpah Pemuda yang diikrarkan dulu? Apakah sumpah tersebut hanya berlaku bagi para pemuda pada jaman dahulu saja dan tidak berlaku lagi bagi para pemuda di jaman sekarang? Memang benar mungkin dulu pada waktu sumpah ini di buat adalah pada saat negeri kita Indonesia berada pada masa penjajahan yang membakar semangat nasionalisme para pemuda pada waktu itu untuk membela negeri ini dan ingin segera bebas dari belenggu penjajahan. Semangat nasionalisme yang tidak main-main karena mereka rela mengorbankan nyawa demi meraih kemerdekaan.
Tapi, apakah semangat nasionalisme itu masih muncul dalam diri para pemuda Indonesia saat ini? Mungkin iya, tapi dengan aspek yang berbeda. Inilah nasionalisme, hanya akan muncul apabila ada ancaman atau gangguan dari luar negeri ini, namun setelah ancaman dan gangguan tersebut dirasa telah hilang, maka hilang pula semangat nasionalisme tersebut. Buktinya adalah bisa kita lihat saat ini, jika memang para pemuda kita memiliki esensi dari sumpah yang telah diikrarkan berpuluh tahun silam, pastinya para pemuda kita tidak akan mau negeri ini dijajah oleh negeri lain dengan mengeruk sumber kekayaan alam negeri ini, dan juga para pemuda kita akan berusaha mati-matian untuk mengambil kembali kekayaan alam tersebut dan berusaha sekuat tenaga untuk mengelola sendiri, dengan begitu keuntungan yang didapatkan bukannya hanya 1% saja tapi bisa jadi dijamin tidak akan sampai terjadi kemiskinan dan kelaparan di negeri kita ini.
Selain itu jika pemuda kita masih mau memegang esensi dari sumpah tersebut, maka tidak akan ada yang namanya tawuran atau tindak kekerasan yang lainnya, karena memang mereka sudah bersumpah untuk bersatu, tapi apalah kenyataan yang didapat? Sumpah hanya sekedar sumpah yang juga hanya menjadi pelajaran sejarah atau pelajaran pendidikan kewarganegaraaan. Para pemuda kita lebih suka menghafalkan lirik lagu atau puisi cinta dan menonton film dan mengikuti trend fashion yang terbaru dari luar negeri. Mungkin memang tidak semuanya, tapi memang kenyataannya adalah seperti itu.
Bukankah negeri ini akan bangga jika ada para muda saat ini yang bisa mengikuti jejak Bapak Habibie yang bisa membuat pesawat terbang? seharusnya pemerintah lebih memperhatikan dalam aspek pendidikan para generasi muda negeri ini, pemerintah bisa berpikir keras kira-kira dimana letak kesalahan sistem pendidikan negeri ini yang mana output nya bukan kebanyakan sebagai seorang pemuda yang bermental produktif tapi kebanyakan bermental pegawai dan mungkin bermental "mucikari" seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu di Surabaya.
Negara lah yang seharusnya memperbaiki ini semua, tidak bisa hanya dengan perbaikan individu per individu jika tidak ada peraturan yang jelas dan mengikat dari negara. Semoga segera ada perubahan sistem yang baik dalam waktu dekat bagi masa depan pemuda di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H