Mohon tunggu...
ratna kartika
ratna kartika Mohon Tunggu... -

Keep trying to be better and share happiness with the other

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Terbukti Gagal

28 Agustus 2013   15:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:41 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi di Mesir dari mulai penggulingan Mursi dari kursi kepresidenan oleh militer (kudeta militer) yang dipimpin oleh Al-Sisi bulan Juli kemarin hingga tanggal 14 Agustus 2013 dimana telah terjadi pembantaian oleh aparat keamanan Mesir kepada para demonstran pendukung Mursi adalah bukti bahwa system demokrasi yang diterapkan di negara tersebut telah gagal.

Bagaimana tidak dibilang gagal, kita semua tahu bahwa Mursi terpilih menjadi presiden adalah melalui system pemilu dimana rakyat yang memilih sendiri tapi secara tiba-tiba Mursi digulingkan melalui kudeta militer padahal Ia presiden yang terpilih secara demokratis. Sebenarnya apa yang telah terjadi?, hal itu dikarenakan Amerika telah mencabut dukungannya kepada Mursi. Karena Mursi dianggap gagal menciptakan stabilitas yang melayani kepentingan Amerika.

Militer telah mengkudeta demokrasi yang membawa Mursi sebagai “penguasa yang sah” bagi negara, seperti yang mereka klaim. Kudeta itu dilakukan dengan dalih penolakan Pemimpin Umum Militer atas “penyalahgunaan lembaga nasional negara dan keagamaan”, serta “intimidasi dan ancaman oleh sekelompok warga”.

Selain melakukan kudeta, militer Mesir sudah melakukan hal yang sudah diluar nalar dan batas kemanusiaan. Dengan menggunakan buldoser, tank dan senjata api bahkan gas air mata pun digunakan untuk menghadapi para demonstran yang notabene adalah para supporter Mursi. Tidak bisa di elakkan jika kekacauan pun terjadi dan jangan ditanya bagaimana mengerikannya situasi disana. Para demonstran hanya membawa air minum dan al quran dengan melakukan aksi protes tetapi dihadapi dengan mobil lapis baja dan senjata api, sementara itu tidak sedikit para demonstran yang wanita dan membawa anak. Darah berceceran di mana-mana bahkan tidak sedikit foto dan video yang menunjukkan kekejaman yang telah dilakukan oleh militer Mesir. Peristiwa ini lebih buruk daripada masa penurunan Husni Mubarak. Lebih tepatnya bisa disebut sebagai pembantaian yang dilakukan oleh militer Mesir.

Kenapa bisa begitu?? Karena memang tidak ada keraguan bahwa ada kelompok yang berbahaya dari kaum sekularis, liberal, Koptik dan kaum kiri yang tidak ingin Ikhwanul Muslimin memimpin panggung politik di Mesir. Mereka tidak hanya membenci Ikhwanul Muslimin. Mereka juga menolak Islam politik dan proyek Islam, apapun proyeknya.

Lalu apa hubungannya antara kudeta yang terjadi di Mesir dengan negara adidaya Amerika? Seperti dikutip dari The New York Times online (6/7) menggambarkan keterlibatan Amerika dengan adanya kontak pihak Mursi dengan menlu negara Arab yang mengklaim bertindak sebagai utusan Washington. Media tersebut juga mengungkap adanya kontak Dubes Amerika Serikat di Kairo Anne W. Patterson dan penasihat keamanan nasional AS Susan E. Rice dengan penasihat menteri luar negeri Mursi, Essam El-Hadad pada saat-saat terakhir penggulingan Mursi.

Kemudian ada lagi yakni  dikutip dari Aljazeera (12/7) juga mengungkap peranan Amerika dalam pendanaan politisi dan aktifis untuk menggulingkan Mursi. Keberadaan puluhan dokumen pemerintah AS mengkonfirmasikan bahwa Washington telah mendanai politisi oposisi yang menyerukan penggulingan Presiden Mursi melalui program Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Bantuan ini dilakukan dalam rangka promosi Demokrasi di Timur Tengah.

Sebenarnya peristiwa Mesir ini bukanlah yang pertama, sebelumnya ada FIS di Aljazair. Kemenangannya juga diberangus militer dengan dukungan negara-negara barat karena dicurigai ingin menerapkan syariah Islam. Kemudian hal yang sama juga terjadi dengan HAMAS di Palestina, mereka mengalami tekanan politik yang kuat dari Barat dan rival politiknya, Fatah, yang juga dikontrol oleh Barat.

Mungkin yang selama kita tahu tentang demokrasi adalah bahwa kebebasan berpendapat adalah dijunjung tinggi, akan tetapi dalam penerapan yang sebenarnya adalah bahwa jika pendapat tersebut adalah tentang islam apalagi masalah islam politik, maka kata “demokrasi” hanyalah sekedar kata tanpa ada esensi sedikitpun.

Sementara itu dunia hanya diam dan hanya mengecam dan mengutuk tanpa ada tindakan riil yang berarti, tanpa ada langkah-langkah diplomatis untuk menyelesaikan masalah krisis di Mesir. Lalu apa fungsinya PBB dan pihak-pihak yang mendukung tinggi HAM?... apakah yang mereka lakukan hanyalah melihat dan duduk manis dan hanya melakukan rapat rapat dan rapat yang tidak bermanfaat sama sekali untuk mencari solusi atas yang terjadi di Mesir. Mereka hanya diam sementara ribuan nyawa rakyat Mesir sudah melayang dan Kairo seperti banjir darah. Bahkan para penguasa negeri Arab malah mendukung militer Mesir bukannya bersimpati dan sigap menolong para korban. Sungguh ironis.

Inikah wajah dari Demokrasi? Agaknya demokrasi adalah sebagai jalan pembuka bagi pemerintahan yang dictator, jika setelah melihat gagalnya demokrasi di Mesir dan kita melihat di negeri kita sendiri Indonesia yang justru sebaliknya, para pengusung ide demokrasi saat ini sedang getol mempromosikan bahwa hanya dengan pemilu saja system pemerintahan baru bisa berjalan dengan benar dan baik. Sungguh berarti negeri ini juga sudah hampir di ambang kehacurannya. Sudah bukan rahasia lagi jika system ini melahirkan korupsi yang semakin merajalela dan merugikan negara, lalu apalagi yang kita harapkan dari demokrasi(pemilu) jika output nya adalah sudah jelas bobroknya.

lalu apa seharusnya solusi dari masalah Mesir?...  solusi sementara adalah seret pelaku kudeta dan pembantai rakyat mesir ke pengadilan internasional untuk dijatuhi hukuman yang setimpal karena tindakan mereka yang sudah menghancurkan stabilitas negara tersebut dan untuk solusi terbaiknya adalah ganti system demokrasi yang sudah terbukti gagal dengan system yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun