Mohon tunggu...
Shafira Azzahra
Shafira Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Gizi

Saya menyukai seputar dunia fashion, kesehatan, lifestyle dan musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Status Gizi pada Remaja

8 Januari 2024   12:54 Diperbarui: 8 Januari 2024   13:19 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Citra tubuh sebagai bagian dari konsep diri merupakan pendapat individu terhadap penampilan fisiknya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Hal ini mencakup pandangan mental tentang bentuk dan ukuran tubuh seseorang, bagaimana seseorang mengevaluasi dan menanggapi pikiran dan perasaannya mengenai ukuran dan penampilan fisik, dan bagaimana dia mengevaluasi penilaian orang lain terhadap dirinya. Sikap ini meliputi persepsi dan perasaan terhadap ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh, baik pada masa sekarang maupun pada masa lalu.

Seseorang yang berpenampilan menarik sering kali dianggap sukses, menyenangkan, dan mempunyai sikap positif. Penampilan menarik seringkali dikaitkan dengan tubuh ideal, dimana tinggi dan berat badan seimbang. Tubuh yang langsing seringkali menjadi standar kecantikan dalam pandangan masyarakat. Penerimaan masyarakat terhadap penampilan yang menarik ini berkontribusi pada kecenderungan perempuan untuk mengupayakan tubuh yang dianggap cantik dan ideal.

Generasi muda saat ini khususnya remaja dihadapkan pada berbagai gambaran tubuh ideal yang sering dipromosikan oleh media, media sosial, dan norma budaya. Namun, yang sering terabaikan adalah bagaimana persepsi terhadap citra tubuh dapat mempengaruhi status gizi mereka. Di masa muda, ketika tubuh berkembang pesat, citra tubuh dapat mempengaruhi kebiasaan makan dan perilaku kesehatan secara umum secara signifikan. Cenderung mencapai atau mempertahankan citra tubuh yang memenuhi standar yang dianggap "ideal"; dapat menyebabkan masalah gizi yang kompleks.

Citra tubuh berperan penting dalam mempengaruhi status gizi remaja. Persepsi remaja terhadap tubuhnya dapat mempengaruhi kebiasaan makan dan perilaku fisiknya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pola makannya. Remaja yang tidak puas dengan citra tubuhnya cenderung mengikuti pola makan ekstrem atau kebiasaan makan tidak sehat, menyalahgunakan obat-obatan tertentu, atau bahkan menderita kelainan makan seperti anoreksia nervosa yang dapat berdampak negatif pada status gizinya. Selain itu, tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis juga dapat memengaruhi hubungan remaja dengan makanan dan tubuhnya. Hal ini dapat berkontribusi terhadap gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi.

Studi (Siregar, 2017) menemukan bahwa setiap remaja putri dengan risiko gangguan makan tinggi memiliki citra tubuh yang negatif. Hanya 45,8% dari remaja putri dengan risiko gangguan makan rendah memiliki citra tubuh negatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neumark-Stainer , yang menyatakan bahwa individu dengan citra tubuh negatif memiliki korelasi yang signifikan dengan penyimpangan perilaku makan. Orang-orang dengan citra tubuh negatif memiliki kemungkinan 5,95 kali lebih besar untuk mengalami penyimpangan perilaku makan.

Bentuk tubuh yang dianggap sebagai tolak ukur kecantikan atau ketampanan seringkali dihadirkan sebagai tujuan yang harus dicapai oleh remaja. Di sisi lain, sebagian remaja juga bisa mengalami masalah makan karena tidak memperhatikan citra tubuhnya. Ketidakpuasan atau rasa tidak aman terhadap penampilan fisik seseorang dapat menyebabkan keengganan untuk makan sehat atau melakukan aktivitas fisik yang cukup. Hal ini dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas, yang pada akhirnya meningkatkan risiko berbagai penyakit terkait pola makan.

Meskipun citra tubuh dan status gizi saling berkaitan, namun tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan status gizi generasi muda tidak hanya berkaitan dengan aspek fisik saja, namun juga memerlukan perhatian pada aspek psikologis dan sosial. Penting bagi para pendidik, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih luas tentang keseimbangan kecantikan dan kesehatan. Hal ini mencakup pendidikan komprehensif tentang pola makan sehat, dukungan psikologis untuk menciptakan citra tubuh yang positif, dan mendorong pola pikir yang lebih inklusif dan penerimaan terhadap berbagai bentuk tubuh.

Kurangnya perhatian terhadap body image generasi muda dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Beberapa dampak negatifnya antara lain kurangnya rasa percaya diri yang membuat seseorang merasa malu, minder, dan khawatir terhadap tubuhnya. Gangguan makan juga dapat terjadi karena remaja yang merasa tidak puas dengan citra tubuhnya melakukan diet ekstrem atau melakukan perilaku makan tidak sehat yang dapat memengaruhi status gizinya. Selain itu, mengabaikan citra tubuh dapat menyebabkan gangguan emosional seperti kelelahan pola makan, perubahan suasana hati, dan stres. Memburuknya prestasi di sekolah atau aktivitas lainnya juga mungkin terjadi pada remaja yang merasa tidak puas dengan tubuhnya. Dampaknya terhadap kesehatan mental juga dirasakan ketika depresi, kecemasan sosial, atau gangguan makan muncul. Meskipun citra tubuh yang positif dapat menjadi motivasi untuk menjaga kesehatan fisik, namun citra tubuh yang negatif dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental, kebiasaan makan, dan penampilan.

Permasalahan tubuh pada remaja putri bukanlah hal yang sepele. Untuk menghindari hal tersebut, perlu dikembangkan self-love atau cinta diri. Self-love diartikan sebagai penerimaan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Orang yang mencintai dirinya sendiri mengutamakan kebutuhan pribadinya, tanpa terpengaruh pendapat orang lain yang mungkin membuatnya tidak nyaman. Selain itu, ia meyakini dirinya layak dan berhak meraih kebahagiaan. Ada beberapa cara untuk mempraktikkan cinta diri. Yang pertama adalah kesadaran diri, yaitu pemahaman tentang cara kita berpikir dan memandang dunia. Ini memengaruhi tindakan kita, cara kita menafsirkan peristiwa, dan emosi yang kita alami. Dengan kesadaran diri, kita bisa menghindari penyesalan karena kita bisa menyikapi situasi dengan lebih hati-hati dan tidak terburu-buru. Lalu ada harga diri, yaitu keyakinan akan nilai diri sendiri. Artinya, kita yakin bahwa kita berhak mendapatkan imbalan atas pekerjaan yang kita lakukan, apa pun hasilnya. Harga diri ini membentuk harga diri yang bersumber dari rasa percaya diri yang baik. Ketika kita merasa berharga, kita merasa puas dengan diri kita sendiri, apa pun keadaan yang kita alami. Kita juga lebih jujur pada diri sendiri dan menerima semua yang telah kita capai. Yang terakhir adalah self care atau memperhatikan diri sendiri. Hal ini tercermin dari perilaku self-help seperti olahraga teratur, pola makan sehat, dan tidur yang cukup. Namun, perawatan diri tidak hanya berkaitan dengan gaya hidup, tapi juga sebagai bentuk harga diri. Hal ini dapat dilakukan melalui aktivitas sederhana seperti membaca, menonton film, ekspresi wajah, ngobrol dengan teman, melukis atau aktivitas lain yang memenuhi kebutuhan dan kenyamanan.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kesehatan mental dan citra tubuh remaja dalam upaya untuk meningkatkan status gizi mereka.Dan  dengan menekankan pentingnya menerima tubuh dengan segala keunikannya dan mempromosikan pola makan sehat yang berkelanjutan, kita dapat membantu remaja dalam mencapai status gizi yang optimal tanpa harus terjebak dalam tekanan citra tubuh yang sempit. Itu tidak hanya berarti tubuh yang sehat secara fisik, tetapi juga keadaan kesejahteraan mental yang memungkinkan mereka untuk berkembang menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun