Mohon tunggu...
Shafira Widyarani
Shafira Widyarani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

suka kucing dan minum boba

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Toxic Productivity: Obsesi pada Hal Produktif yang Membahayakan Diri

24 Juni 2022   13:09 Diperbarui: 24 Juni 2022   13:13 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.freepik.com

Produktif dapat diartikan sebagai melakukan suatu kegiatan bermanfaat yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu tanpa membuang-buang waktu. Tak heran banyak orang ingin untuk selalu produktif setiap harinya, tetapi apakah produktifitas yang berlebihan hingga menjadi obsesi adalah hal yang baik?

Pada dasarnya, semua yang berlebihan dan melampaui batasnya tentu bukan hal yang baik, contohnya ketika kamu makan sebuah makanan secara berlebihan dan berakhir mual hingga memuntahkan makanan tersebut atau ketika kamu olahraga secara berlebihan hingga kamu kecapaian dan sakit keesokan harinya. Contoh-contoh tersebut juga berlaku pada produktivitas berlebih atau yang dikenal dengan sebutan toxic productivity. 

 Pada akhir tahun 2019, munculnya virus Covid-19 membuat banyak perubahan pada aspek-aspek di kehidupan manusia, termasuk teknologi. Orang-orang menjadi bisa bekerja lebih fleksibel karena dapat melakukan pekerjaan secara jarak jauh maupun dalam jaringan (daring). Hal ini menyebabkan banyak orang yang melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu dan timbul rasa bersalah jika tidak melakukan apapun. Muncul pula istilah FOMO atau Fear Of Missing Out yang memiliki arti sebagai ketakutan dan merasa tertinggal saat tidak melakukan aktivitas apapun.

Awal pemicu toxic productivity adalah penilaian produktivitas yang tinggi dan menyebabkan seseorang mulai membandingkan pencapaian dirinya dengan orang lain, apalagi adanya pandemi membuat orang-orang memiliki waktu luang yang lebih dan berakhir digunakan untuk bekerja secara berlebihan hingga melupakan kebutuhan dasar seperti makan, minum, atau sekadar ke kamar kecil.

Dampak negatif yang muncul akibat toxic productivity dapat berupa sakit mag akibat jarang makan dan dehidrasi akibat kurang minum. Selain itu, dapat pula mengganggu hubungan sosial dengan orang terdekat karena terlalu sibuk dan mengurangi bersosialisasi. Penilaian terhadap produktivitas yang terlalu tinggi juga membuat seseorang menjadi mudah stress ketika ekpektasinya tidak tercapai atau terpenuhi.

Lalu, apa yang dapat dilakukan agar tidak terjebak dalam produktivitas yang berlebihan?

Pertama-tama, kita harus tahu terlebih dahulu apa tujuan dan inti yang ingin didapatkan dari kegiatan yang kita lakukan. Lalu, buatlah daftar goals yang dirangkai serealistis mungkin dengan keadaan diri. Penting juga untuk membuat batasan dan aturan mengenai jam kerja agar tetap bisa melakukan istirahat dengan cukup dan memenuhi kebutuhan dasar lainnya.

Memang, tidak ada salahnya untuk ingin selalu melakukan hal yang produktif, tetapi harus tetap diimbangi dengan batasan dan ingat waktu agar tujuan utama dapat tercapai tanpa membahayakan diri sendiri. Perlu diingat bahwa kebahagiaan dan kesehatan adalah hal penting yang harus kita jaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun