Mohon tunggu...
Shafira Hamidah
Shafira Hamidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa ilmu komunikasi dari universitas pembangunan nasional veteran jakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Parasite (2019)

5 September 2024   23:50 Diperbarui: 6 September 2024   00:26 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parasite adalah salah satu film yang paling banyak dibicarakan sejak rilisnya pada 2019. Disutradarai oleh Bong Joon-ho, film ini mengeksplorasi tema sosial yang mendalam, yaitu ketimpangan kelas, dengan cara yang cerdas dan penuh ketegangan. Film ini berhasil memenangkan Palme d'Or di Festival Film Cannes, serta menjadi film Korea pertama yang meraih penghargaan Oscar, termasuk kategori Film Terbaik. Dengan genre campuran antara drama, thriller, dan komedi hitam, *Parasite* adalah karya yang memukau dari berbagai segi—cerita, visual, hingga pesan moral yang dibawa.

Film ini berfokus pada keluarga Kim, sebuah keluarga miskin yang tinggal di bawah tanah di apartemen yang kumuh. Kehidupan mereka diwarnai oleh perjuangan sehari-hari untuk bertahan hidup. Namun, nasib mereka berubah ketika anak tertua, Ki-woo (Choi Woo-shik), mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru les bahasa Inggris bagi anak perempuan keluarga Park, yang merupakan keluarga kaya. Dari sinilah cerita mulai berkembang dengan dinamis.

Melalui tipu muslihat, seluruh anggota keluarga Kim perlahan-lahan menyusup ke rumah keluarga Park. Mereka berhasil menipu keluarga Park agar mempekerjakan mereka dalam berbagai peran—Ki-woo sebagai guru les, Ki-jung (Park So-dam) sebagai guru seni, sang ayah, Ki-taek (Song Kang-ho) sebagai sopir, dan ibu, Chung-sook (Chang Hyae-jin), sebagai pengurus rumah tangga. Keluarga Kim berpura-pura tidak saling mengenal agar mereka bisa mengeksploitasi kekayaan keluarga Park tanpa menimbulkan kecurigaan.

Di sini, Parasite menonjol karena penggambaran ketidaksetaraan sosial yang luar biasa detail. Bong Joon-ho dengan jeli menunjukkan kontras antara kehidupan keluarga Kim dan keluarga Park—baik dari segi fisik, seperti rumah mereka, hingga pola pikir dan cara mereka melihat dunia. Rumah keluarga Park yang megah, luas, dan modern menjadi simbol kekayaan, sementara apartemen keluarga Kim yang sempit dan lembap menggambarkan kemiskinan yang mencekik.

Film ini juga memadukan unsur thriller dan komedi hitam dengan apik. Kejadian-kejadian yang awalnya tampak konyol dan menghibur lambat laun berkembang menjadi semakin gelap dan mencekam. Ketegangan memuncak saat rahasia besar dalam rumah keluarga Park terungkap, yang mengubah seluruh dinamika cerita. Dari sinilah *Parasite* mulai membawa penonton ke arah yang tidak terduga.

Salah satu elemen yang membuat film ini begitu kuat adalah penggunaan visual dan simbolisme. Bong Joon-ho sangat ahli dalam menggunakan ruang dan arsitektur untuk menekankan perbedaan kelas. Tangga, misalnya, sering digunakan sebagai metafora untuk posisi sosial dalam film ini. Keluarga Kim, yang tinggal di ruang bawah tanah, harus selalu naik ke atas untuk mencapai kehidupan yang lebih baik—baik secara fisik maupun sosial.

Selain itu, film ini menekankan betapa rapuhnya keseimbangan antara kedua kelas ini. Ketika keluarga Kim tampaknya sudah berhasil menginfiltrasi kehidupan keluarga Park, mereka menyadari bahwa kenyataan bisa dengan cepat berubah. Film ini menunjukkan bahwa kehidupan bisa berubah drastis dalam sekejap, dan garis antara parasit dan inang menjadi semakin kabur.

Dari segi akting, seluruh pemain memberikan penampilan yang luar biasa. Song Kang-ho, yang sering berkolaborasi dengan Bong Joon-ho, memberikan performa yang sangat menyentuh sebagai kepala keluarga Kim. Chemistry antara seluruh anggota keluarga Kim terasa autentik, menambah lapisan emosi pada cerita yang sudah kompleks.

Secara keseluruhan, *Parasite* adalah sebuah mahakarya sinematik yang mendobrak batas-batas genre dan menawarkan komentar sosial yang tajam. Film ini tidak hanya menarik karena cerita dan karakternya, tetapi juga karena berhasil menyoroti ketidakadilan sosial dengan cara yang segar dan provokatif. Bong Joon-ho telah menciptakan sebuah film yang akan terus dibicarakan dan dianalisis selama bertahun-tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun