Mohon tunggu...
shafira azizah
shafira azizah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Nama saya Shafira Noor Azizah. Saya seorang pelajar kelas 12 disalah satu SMA Negeri di Ponorogo. Saya orang yang ceria dan mudah berinteraksi dengan orang baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Kearifan Lokal Suku Asmat di Papua

9 September 2024   08:31 Diperbarui: 9 September 2024   08:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Asmat adalah salah satu suku asli Papua yang terkenal dengan seni ukir kayunya yang unik dan indah. Suku Asmat pertama kali ditemukan oleh penjelajah Inggris James Cook pada tahun 1770. Suku Asmat hidup di daerah yang sangat terpencil dan sulit dijangkau.

Suku Asmat mengembangkan praktik-praktik yang terkait dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari mereka yang dapat membantu dalam mencegah bencana alam!

1. Rumah Bujang
Rumah Bujang merupakan rumah dari Suku Asmat yang dibangun di atas tiang yang tinggi, serta menggunakan kayu besi yang kuat, tahan air, dan menghindari banjir.

2. Membangun Tanggul dan Saluran Air
Tujuannya untuk mengalirkan air ke sungai agar tidak meluap ke permukiman penduduk.

3. Mengamati Perubahan Alam
Seperti mengamati perubahan pola cuaca, perilaku hewan, dan tanda-tanda alam lainnya.

Selain Suku Asmat mengembangkan praktik-praktik diatas, Suku Asmat juga kaya dengan tradisi uniknya.
Penasaran apa aja? Yuk, disimak!

1. Mumifikasi
Tradisi Suku Asmat ini adalah mengawetkan jasad orang yang sudah meninggal dunia atau mumifikasi. Tidak sembarang orang dapat diawetkan melainkan hanya untuk kepala adat atau kepala suku. Setelah jasad kepala suku diawetkan mumi tersebut akan dipajang didepan rumah adat Suku Asmat.

2. Upacara Mbismbu
Mbismbu merupakan ukiran patung kerabat atau nenek moyang yang telah meninggal dunia. Upacara satu ini dianggap sangat bermakna karena sebagai usaha untuk selalu mengingat kerabat yang telah tiada.

3. Upacara Tysimbu
Upacara satu ini merupakan pembuatan dan pengukuran perahu lesung yang diadakan tiap 5 tahun sekali. Lesung atau perahu tersebut akan dihiasi dengan warna putih dan merah secara berseling. Selain itu perahu juga akan diberi ukiran dengan gambar keluarga yang sudah wafat, gambar binatang, atau lain sebagainya.

Secara keseluruhan, kearifan warga pedalaman Papua mencerminkan kekayaan budaya dan pengetahuan yang perlu dihargai dan dilestarikan. Ini tidak hanya penting bagi masyarakat Papua sendiri, tetapi juga sebagai pelajaran berharga bagi dunia dalam menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun