Gemuruh gelap menggersangkan hati
Banyak terdiam merenung di kota orang
Kesepian dan kemandirian menjadi asupan sehari-hari
Sampai tidak mengenal rasa keputusasaan
Asa dalam batin terus merongrong jiwa
Tiada henti jurai air mata
Di antara senyum yang luruh
Benar memang dunia sefana ini
Jutaan orang tengah bertanya-tanya, sibuk mencari kebahagiaan kesana kemari, namun tak ada satupun tempat ditemukan. Berpangku pada orang bijak, sejatinya kebahagiaan lahir dari presepsi diri kita sendiri.
Fajar mulai menyingsing, burung-burung bersenandung lepas, angin bertiup perlahan-perlahan, hingga sampai bermuara pada nikmatnya secangkir kopi susu di setiap paginya. Ternyata semua itu, tidak berhasil membuat kamu “bahagia”. Seolah tak bisa melepaskan diri dari suatu permasalahan yang mendera.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!