Mohon tunggu...
Shafira Fajrianti
Shafira Fajrianti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pertanian di Universitas Jember

Tertarik dalam menulis khususnya dalam bidang pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Permasalahan dan Penyelesaian Dampak El-Nino pada Perkebunan Kelapa Sawit

20 Desember 2023   08:59 Diperbarui: 20 Desember 2023   08:59 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Shafira Fajrianti dan Sundahri 

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Korespondensi: Sundahri.faperta@unej.ac.id 

Kelapa sawit adalah komoditas unggulan dari sektor perkebunan. Kelapa sawit merupakan jenis tanaman penting bagi kegiatan ekspor minyak di Indonesia. Volume ekspor minyak kelapa sawit mengalami penurunan 27,63 juta ton pada 2020 menjadi 27,04 juta ton pada tahun 2021 (BPS, 2022). Hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah produksi dan luas areal pertanaman kelapa sawit. Produksi kelapa sawit dari tahun 2020 mengalami peningkatan pada 2021 menjadi 46,85 juta ton dengan luasan areal perkebunan mencapai 14,6 hektare (Ditjenbun, 2021). Adanya penurunan jumlah ekspor dengan peningkatan produksi dapat disebabkan oleh penurunan kualitas minyak kelapa sawit. Penurunanan kualitas minyak kelapa sawit dapat disebabkan oleh lingkungan pertumbuhan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh akibat adanya cuaca ekstrim. 

 Syarat tumbuh kelapa sawit meliputi kesesuaian letak perkebunan dan iklim sekitar tempat pertanaman. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada lintang 10LU - 12LS dengan tinggi > 400 mdpl (Wahyuni, 2022). Kemiringan lahan yang cocok < 30 karena pada kemiringan lebih dari 30 lahan rawan longsor. Kondisi iklim yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu memiliki suhu 27C - 33C dengan curah hujan 1250 -- 3000 mm/tahun (Juliardi dan Fachrudin, 2022). Kondisi lahan pertanaman yang tidak sesuai dapat disebabkan oleh anomali cuaca. 

Anomali cuaca yang terjadi pada lahan pertanaman kelapa sawit adalah adanya El Nio. El Nio adalah fluktuasi iklim yang terjadi pada daerah tropis pasifik melalui interaksi antara atmosfer dan lautan (McPhaden et al., 2021). Anomali cuaca ini menyebabkan peningkatan suhu udara sehingga dapat menyebabkan kekeringan pada beberapa daerah. Indeks ENSO menunjukkan bahwa El Nio moderat diprediksi hingga Februari 2024 (BMKG, 2023). Fenomena ini telah terjadi pada tahun 2015 yang menyebabkan banyak lahan terbakar khususnya pada lahan kelapa sawit yang ditanam pada lahan gambut. Lahan perkebunan kelapa sawit gambut pada tahun 2015 terbakar seluas 10.508 hektar (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2019). Hal tersebut menyebabkan produksi kelapa sawit pada tahun 2015 dan 2016 stagnan serta mengalami penurunan jumlah ekspor (BPS, 2017). 

El Nio berdampak pada kenaikan suhu dan menyebabkan kekeringan karena penguapan. Kenaikan suhu dan kekeringan dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sebab tingkat evaporasi yang tinggi (Ahmed et al., 2021). Dampak yang disebabkan el nino pada perkebunan kelapa sawit sebagai berikut. 

  1. El Nio juga menyebabkan penuaan dini pada tanaman kelapa sawit sehingga terjadi penurunan produktivitas akibat kekeringan (Khor et al., 2023). Kekeringan pada lahan pertanaman kelapa sawit menyebabkan penyempitan konduktivitas stomata sehingga proses fotosintesis tidak maksimal (Fauzi, 2021). 

  2. Terganggunya proses fotosintesis dapat menyebabkan hasil fotosintat sedikit dan hanya diakumulasikan pada bagian yang membutuhkan saja seperti pucuk batang, bunga, dan buah. Hasil fotosintat yang tidak memenuhi kebutuhan tanaman dapat menyebabkan aborsi bunga dan kematian pada jaringan tanaman kelapa sawit (Paterson, 2023). 

  3. Fase pembungaan adalah fase yang memerlukan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna sehingga dapat menghasilkan buah sempurna yang tinggi. Kematian pada tanaman kelapa sawit dengan cekaman kekeringan akibat el nino diakibatkan penyerapan unsur hara pada tanaman terbatas dan tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Air merupakan unsur penting dalam pelarutan unsur hara. Cekaman kekeringan pada lahan pertanaman kelapa sawit dapat menghambat penyerapan unsur hara nitrogen dan magnesium (Dubos dan Raissac, 2021). 

Berdasarkan analisis dampak el nino terhadap perkebunan kelapa sawit maka memerlukan penanganan untuk mengurangi dampak negative dari hal tersebut. Penanganan yang dapat dilakukan pada perkebunan kelapa sawit yang terdampak el nino adalah dengan melakukan penanggulangan preventif, pengendalian saat el nino, dan setelah el nino. 

  1. Penanganan preventif dampak el nino adalah dengan melakukan monitoring dan evaluasi iklim yang bekerjasama dengan badan atau dinas terkait seperti BMKG. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memprediksi kenaikan suhu dan lama el nino pada wilayah perkebunan. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan menanam tanam penutup lahan seperti tanaman legum. 

  2. Penanaman legum pada lahan kelapa sawit ditujukan untuk mengurangi penguapan air tanah sehingga lahan menjadi lebih lembab. Jenis LCC yang dapat ditanam pada perkebunan adalah varietas Peuraria javanica dan Centrosema pubescens (Perkasa et al., 2023). 

  3. Pengendalian yang dapat dilakukan pada saat el nino adalah dengan menambahkan bahan organik pada tanah, perbaikan drainase untuk persiapan musim hujan, pemeliharaan TBM dan TM, monitoring hama dan pengendalian kebakaran. Bahan organik yang ditambahkan pada lahan perkebunan kelapa sawit dapat memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisika tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur dan mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman (Ginting, 2020). Kekeringan pada lahan sawit dapat menyebabkan kebakaran lahan karena gesekan yang terjadi antara bahan organik kering yang ada pada lahan pertanaman khususnya pada lahan gambut (Monitor, 2023). Oleh karena itu, diperlukan monitoring kebakaran lahan agar tanaman kelapa sawit dapat berproduksi dengan normal. 

Anomali El Nino pada perkebunan kelapa sawit menyebabkan kekeringan pada lahan pertanaman sehingga dapat menyebabkan terganggunya metabolisme tanaman yang dapat menurunkan produksi tanaman. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan memonitoring iklim, melakukan perawatan yang sesuai dengan musim, menggunakan bahan organik sebagai pupuk, menanam LCC pada lahan pertanaman, dan mengendalikan kebakaran lahan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan produksi tanaman kelapa sawit sehingga dapat bersifat berkelanjutan dengan memodifikasi atau memanipulasi iklim mikro. 

DAFTAR PISTAKA 

Ahmed, A., Mohd, Y. B. I., dan Abdullah, A. M. (2021). Oil Palm in The Face of Climate Change: A Review of Recommendations. International Conference Series: Earth and Enviromental Science. 1-10

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (2023). Buletin Iklim Sumatera Selatan. Palembang: Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan 

Badan Pusat Statistika. (2017). Statistik Kelapa Sawit 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistika 

Badan Pusat Statistika. (2022). Statistik Kelapa Sawit 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistika 

Direktorat Jenderal Pekerbunan. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022. Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan 

Dubos, B dan Raissac, M. D. (2021). El Nino Modifies Nutrient Status in Oil Palm and Helps Foliage to Recover From Yellowing Symptomps: New Analysis and Perspective. Cahier Agriculture. 30(34): 1-7 

Fauzi, W. (2021). Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Fisiologi dan Produksi Kelapa Sawit. Warta PPKS. 26(3): 142-153 

Ginting, E. N. (2020). Pentingnya Bahan Organik untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Pemupukan di Perkebunan Kelapa Sawit. Warta PPKS. 25(3): 139-154

Juliardi dan Fachrudin, H. T. (2022). Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit. Medan: CV Merdeka Kreasi 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2019). Tata Kelola Gambut di Indonesia Menuju Ekosistem Gambut Berkelanjutan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Khor, J. F., Ling, L., Yusop, Z., Chin, R. J., Lai, S. H., Kwan, B. H., dan Ng, D. W. K. (2023). Impact Comparison of El Nino and Ageing Crops on Malaysia Oil Palm Yield. Plants. 12(12): 424-433

McPhaden, M., Santoso, A., dan Cai. W. (2021). El Nino Southern Oscillation in A Changing Climate. Florida: John Wiley & Sons.Inc 

Monitor, P. (2023). El Nino dan Dampaknya Terhadap Industri Sawit. Journal Analysis of Palm Oil Strategic Isssues. 4(8): 791-797 

Paterson, R. R. M. (2023). Future Climate Effect on Yield and Mortality of Conventional Versus Modified Oil Palm in SE Asia. Plants. 12(12): 1-11

Perkasa, G. P., Hartati, R. M., dan Yuniasih, B. (2023). Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Berbagai Macam LCC (Legum Cover Crop). Agroforetech. 1(1): 216-222 

Wahyuni, M. (2022). Kelapa Sawit, Biologi, Pertumbuhan dan Produktivitasnya. Yogyakarta: Cahaya harapan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun