Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah berkembang sangat pesat. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu (Wawan Wardiana, 2002). Sedangkan pengertian lainnya adalah sarana prasarana (hardware, software, useware), sistem dan metode untuk perolehan, pengiriman, penerimaan, pengelolahan, penafsiran, penyimpanan, perorganisasian, dan penggunaan data data yang bermakna (Yusufhadi Miarso, 2004). Teknologi informasi dan komunikasi juga mempunyai beberapa komponen yaitu computer cloud, perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), transaksi digital, data digital, dan akses internet.
Teknologi informasi ini tidak hanya tentang software dan hardware yang notabene berfungsi sebagai pengolah, memproses dan menyimpan informasi saja. Lebih dari itu, teknologi ini juga mencakup komunikasi yang memiliki peranan sebagai pengirim informasi. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknologi informasi dan komunikasi ini saling berhubungan satu sama lain (Martin, 1999). Teknologi informasi merupakan studi alat elektronik, khususnya computer, yang difungsikan sebagai media penyimpanan, analisis, distribusi informasi dalam berbagai bentuk, misalnya adalah gambar dan kata-kata (Kamus Oxford, 1995).
Teknologi informasi dan komunikasi mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi berkaitan denggan penggunaan alat bantu untuk memperoleh dan menyebarkan data dari perangkat satu ke perangkat yang lainnya.
Peralatan teknologi informasi yang dahulu digunakan ada surat kabar, radio, dan televisi. Di dalam surat kabar terdapat beberapa topik, ada topik politik, ekonomi, olahraga, iklan, dan lain sebagainya. Radio merupakan alat teknologi informasi yang memanfaatkan teknologi pengiriman dan penerima sinyal suara dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Televisi adalah sistem telekomunikasi yang mengirimkan dan menerima gambar dan suara dengan cara mengirim sinyal-sinyal elektonik melalui kabel, serat optik, maupun gelombang elektromagnetik.
Kemudian peralatan teknologi komunikasi yang dahulu digunakan ada telephone, faksimili (mesin faks), dan telepon selular. Telephone memudahkan komunikasi antarmanusia makin mudah karena keberadaan fasilitas telephone. Kata tele berasal dari tele yang artinya jauh dan phone yang berarti suara. Faksimile yang disebut dengan faks merupakan mesin yang mengerjakan proses pemindaian terhadap sebuah halaman hasil cetakan dan mengubahnya menjadi sinyal.
Di jaman teknologi yang sudah maju dan canggih ini, media sosial sudah sangat mendominasi di hidup kita. Media sosial juga menjadi salah satu platform yang sangat popular dikalangan masyarakat. Pada 9 September 2020, Netflix baru saja meluncurkan sebuah film dokumenter yang berjudul "The Sosial Dilemma" yang disutradarai oleh Jeff Orlowski. The Sosial Dilemma ini menceritakan tentang sisi negatif yang dimiliki oleh jejaring sosial media dari sudut pandang pembuat sebuah platform tersebut dan kecenderungan manusia terhadap sosial media dan dampak yang dialaminya. Film dokumenter ini juga dibagi menjadi beberapa segmen. Mulai dari wawancara terhadap beberapa orang yang pernah terlibat dan menjadi sosok penting dalam kesuksesan dalam bekerja di perusahaan teknologi seperti Facebook, Twitter, Google, Youtube, dan Instagram. Film dokumenter ini juga sangat relate dengan kehidupan kita dan membuat gambaran yang terbesar dari sebuah media sosial dari semua industri internet, mulai dari penggunaannya, efek negatif sampai dengan mental health.
Semua narasumber mulai berbicara tentang pendapat mereka terhadap platform sosial media dan dari sisi teknologi. Ada yang memulai pembicaraan dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak dan penuh ke khawatiran. Seperti Joe Toscono sebagai mantan Experience Design Consultant Google, karena "kuhabiskan delapan bulan berbicara berulang kali dengan pengacara. Ini membuatku takut". Joe Tascono menyatakan bahwa dirinya berhenti pada tahun 2017 karena masalah etika, bukan hanya di google, melainkan industri sosial media secara umum.
Justin Rosentein, Google engineer, mantan Facebook Engineer, co-founder Asana, bahwa dirinya khawatir. Jeff Seibert mantan Eksekutif di Twitter menuturkan pendapatnya bahwa mengenai hal ini, dia percaya bahwa tidak ada siapa pun berniat membuat konsekuensi.
Film dokumenter ini juga mengangkat isu-isu yang terjadi belakangan ini seperti bullying, perang saudara, hoax, politik dan lainnya. Selain wawancara dengan pihak yang terkait, film dokumenter ini juga memberikan animasi gambaran atau cuplikan-cuplikan video agar mudah dipahami oleh penontonnya. Mereka memasukkan ilustrasi aktor-aktor dengan cerita satu keluarga yang berada di suatu rumah. Seorang ibu sedang menyiapkan masakan. Ibu memintaa bantuan kepada anak gadisnya, namun ia malah sibuk dengan bermain handphonenya. Dan di sisi lain si kakak memprotes bahwa anak seumuran belasan tahun seperti adiknya belum membutuhkan handphone, tetapi sang ibu tidak punya pilihan karena teman-teman kelas adiknya memiliki handphone. Film dokumenter ini juga menampilkan dampak yang terjadi bermain sosial media yang kemudian akan memunculkan efek-efek dari penggunaan sosial media ke keluarganya dan kehidupan personalnya. Narasumber pada film dokumenter ini juga berkata bahwa dengan perubahan yang tepat maka kita dapat menyelamatkan media sosial dari hal buruk, karena dengan adanya sosial media ini semua informasi dapat menyebar dengan cepat tanpa adanya pernyataan benar atau salah dan berujung dengan hoax terhadap suatu informasi. Film ini sangat efektif untuk ditonton karena dapat memberitahu kepada penonton agar selalu berhati-hati dalam bersosial media karena media sosial ini dapat menangkap, merekam, dan melacak seluruh informasi data diri kita, walaupun dengan perkembangan zaman dan teknologi sangat memudahkan bagi manusia untuk melakukan aktivitas yang nihil menjadi nyata.
Sejak awal film ini menarik untuk ditonton, dimana kita berkenalan dengan mantan presiden Pinterest yang bernama Tim Kendall dengan pernyataannya bahwa semua aplikasi dan alat-alat ini sebenarnya sudah menciptakkan banyak hal yang menakjubkan di dunia. Alat-alat ini bahkan berhasil menyatukan kembali anggota keluarga yang terpisah jauh, mereka telah menemukan donor organ dan masih banyak hal positif lainnya. Namun kita di buat lupa tentang sisi lain dari sosial media yang diibaratkan koin tersebut.
Film dokumenter ini juga berisi tentang fakta yang mengejutkan media sosial yaitu Teknik manipulasi dan data user yang digunakan untuk menguntungkan suatu perusahaan. film ini juga memperdebatkan bahwa teknik manipulasi tersebut bisa menjadikan penyebab depresi dan bunuh diri di kalangan remaja dan dewasa. Dengan aktivitas user yang dipantau, direkam, dilacak, dan diukur itu dapat menjadi modal bagi perusahaannya untuk terus meningkatkan pendapatannya dan pertumbuhannya.