Mohon tunggu...
Syafruddin Muhtamar
Syafruddin Muhtamar Mohon Tunggu... Penulis - Mengajar dan Menulis

Berbagi pikir berbagi hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Heboh Charlie Hebdo

3 Februari 2015   00:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tetapi penghancuran membabibuta dan tindakan pembunuhan brutal sebagai respon atas penghinaan juga bukan tindakan orang beriman. Sepanjang sejarah kenabian Muhammad SAWW, dalam penghadapi segala situasi ktiris dalam penyebaran risalah Islam, sang Nabi tidak pernah melakukan tindakan pembunuhan atau memerintahkan pembunuhan ataupun penyiksaaan atas penghinaan yang diterimanya. Sifat mulia kenabian yang melekat dalam dirinya dan keyakinan dan kecintaan yang sempurna pada Allah SWT, telah mencegahnya mengambil tindakan tidak manusiawi kepada orang-orang yang menyakiti dan menghina dirinya.

Pembunuhan keji atas awak media satir Charlie Habdo juga bukanlah tindakan orang yang beriman pada kemuliaan sang Nabi. Kemarahan karena penghinaan terhadap kemuliaan nabi dapat dibenarkan, namun refleksi kemarahan yang penuh nafsu kebencian sama maknanya dengan pengingkaran atas kemuliaan suci kenabian Muhammad SAWW. Dapat kita simpulkan, serangan atas majalah Charlie Habdo yang tragis itu dengan atas nama ummat Islam, adalah sangat tidak bisa dibenarkan dan ditolak mentah-mentah oleh akal sehat. Peristiwa ini hanya bagian dari suatu proses dari peradaban dunia yang tengah merosot. Tidak terkelupas secuilpun kulit kemuliaan kenabian Muhammad SAWW dan tidak sedikitpun tergerus rahmatan lilalamin sebagai nilai-nilai universal Islam atas peristiwa itu.

Sekali lagi peristiwa itu hanya refleksi dari sebuah peradaban dunia yang sedang dalam kondisi membusuk dari dalam dirinya, karena termakan bakteri dari sifat-sifat anti peradaban.

Permainan di Luar Batas Peradaban

Fakta satir dari kebebasan berkreasi beberapa media massa di dunia dan terorisme global, adalah dua hal yang bertemu di titik watak yang sama, yaitu ‘melampauai batas’. Segala yang ‘melewati batas’ adala hal-hal yang telah lampaui sifat-sifat kemanusiaan, akal sehat dan keber-adab-an. Dan yang diluar batas kemanusiaan, rasionalitas dan adab adalah nafsu ‘kebinatangan’. Implementasinya tentu akan mengundang penghancuran dan keruntuhan hidup kemanusiaan.

Nilai-nilai kebebasan yang diusung peradaban moderen dalam batas rasional, manusiawi dan beradab, tentu sangat diharapkan. Dan mungkin akan semakin mengokohkan perjuangan untuk ‘menguniversalisasi’ nilai-nilai itu di antara bangsa-bangsa didunia, karena akan mendapat sokongan dan pengikut yang setia. Namun jika kebebasan itu telah melewati batas normalnya, melampaui garis toleransinya, maka inilah yangakan menimbulkan situasi diluar harapan.

Terorisme sebagai jalan yang dipilih untuk menegaskan identitas masyarakat tertentu, juga adalah jalan yang melewati batas. Jika elemen itu menegaskan identitasnya sebagai ‘muslim’, maka ajaran Islam menentangnya. Tidak ada jalan teror bagi kesewenang-senangan yang dihadapai oleh masyarakat muslim. Nilai-nilai kebaikan Islam tidak membenarkan ‘tantangan’ yang menerpa jalanan sejarah peradaban yang dibangunanya, dihadapi dengan nafsu amarah yang membara. Ajaran Islam menghendaki pilihan-pilhan menghadapi tantangan kehidupannya harus jatuh ketangan rasional, manusiawi dan beradab. Diluar ini, hanya pilihan hewania. Dan terorisme bukanlah pilihan karena itu hanyalah tindakan kebiadaban.

Peradaban manusia moderen mutakhir yang demikian terobesi untuk menjadi universal, dalam perjalanannya telah membelit kakinya dengan mimpi-mimpi yang melambung diluar batas nalarnya sendiri. Mimpi-mimpi dalam kepentingan ekonomi dan politik global dalam semangat pengendalian yang masif, telah menimbulkan berbagai ‘permainan kontor’ untuk meloloskan ragam kepentingan itu. Terorisme ‘diciptakan’ sebagai anti tesis atas tesis ‘peradaban’ yang tengah dikembangkan. Dan satire yang ditampilkan juga bukanlah buahdari nalar peradaban, tetapi suatu yang telah menyimpang dari poros peradabannya sendiri.

Satirisme dan terorisme sama-sama sebuah permainan yang merisaukan peradaban sesunguhnya yang dinginkan ummat manusia. Manusia moderen telah berani memasuki wilayah di luar batas rasionalitas, kemanusiaan dan keadabannya sendiri, sebagai wilayah agung sebuah peradaban, untuk memulai permainan yang dengan serius mereka mainkan dengan dalih menegakkan ‘peradaban’. Menghinaan yang ditampilkan sebagai seni dan kekebasan berekspresi dan balas dendam berutal atas nama pembelaa kemuliaan; sesuatu yang tidak mungkin kita benarkan, juga dengan dalih apapun.

Majalah satir Charlie Habdo yang nampaknya sengaja memilih waktu tepat untuk memuat kembali karikatur menghina itu, ditanggapi banyak pihak sebagai upaya provokatif. Memanfaatkan momen bulan kelahiran Nabi suci untuk menerbitkan edisi yang berdampak paling mengerikan sepanjang sejarah majalah tersebut, tentu dengan suatu pertimbangan. Juga serangan jitu pasca penerbitan itu, ketika jantung majalah tersebut sedang berdenyut dalam rapat redaksi. Banyak menimbulkan tanya publik kritis, bahwa peristiwa ini mengingatkan kita kembali pada ‘misteri’ 11 september tragedi WTC satu setengah dekade lalu.

Islamfobia makin merebak dan menguat di Prancis pasca kejadian ini. Sesuatu yang mungkin dikehendaki dari permainan ini, dan makin melegamlah wajah masyarakat Islam dalam citra sebagai masyarakat ‘berbahaya’ dalam peradaban mutakhir. Dan Charlie Hebdo yang dikabarkan bermasalah dengan keuangan, kini merenggut keuntungan besar dibalik peristiwa ini, karena dalam suasana dukapun majalah ini tetap terbit dengan jumlah oplah yang fantastik, dan semua habis terjual. Simpati yang datang bergelombang dari seluruh penjuru dunia, dimanfaatkan sebagai momen penjualan paling menggiurkan. Permainan yang benar-benar menguntungkan. Duka yang berbalut manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun