WOW amazing, untung hati ini ciptaan Tuhan, coba kalau buatan China, pasti hati ini sudah hancur berserakan. Apalagi saat ketulusan hati ini dibalas dengan rasa sakit yang menyiksa. Seolah-olah raga ini sudah tidak bernyawa, jantung ini sudah tidak berdetak, dan darah ini sudah tidak mengalir.
Sesakit apapun yang hati ini rasakan, namun hati ini tidak berdarah. Dia sudah terlalu lelah dengan semua rasa sakit, sakit saat kehilangan, saat ditinggalkan, bahkan saat dikhianati. Namun hati ini memang anugerah Tuhan yang terindah, hati ini masih bisa memaafkan, meskipun penyesalan menyelimuti diri.
Berapa lama lagi aku harus menanti? Menanti kehadiran cinta yang tulus mencintai dan menyayangi dengan apa adanya diriku. Cinta yang tak memandang kurangnya diriku, cinta yang tak memandang sempurnaku. Cinta yang akan selalu ada menemani saat aku terjatuh dan cinta yang akan membangkitkanku lagi. Karena aku ingin memilih cinta yang menemani ku mendaki, bukan cinta yang menungguku di puncak.
Akhirnya setelah aku memohon kepada Tuhan, setelah semua cara sabar aku lakukan, aku telah menemukan kamu. Kamu yang membuat hatiku bergetar, darahku membuncah, mataku berbinar. Aku hanya bisa berdoa dan memohon pada Tuhan agar mendamaikan tidurku, mengindahkan mimpiku, dan mencerahkan hariku.
Adakah yang lebih gaduh dari gemuruh rinduku yang kian meriuh dalam memunajat syair, puan? Rindu yang aku alami, terasa sakit saat kita berjarak, obat yang dapat menyembuhkan rinduku, yaitu bertemu denganmu, menggenggam tanganmu, dan memeluk tubuhmu. Karena bersama denganmu adalah kebahagiaan, dan berjarak denganmu adalah kerinduan.
Kini kembali ku rasakan satu rasa didalam hatiku yang ku inginkan kita bisa menjadi satu.Mungkin hanya satu pintaku padamu, ijinkanlah ku tanam rasa itu didalam hatimu. Agar kaupun tahu apa yang kurasakan dihatiku. Kuharap kau bisa membuka pintu hatimu, mengijinkan hatiku tuk berlabuh direlung hatimu.
Hatiku kini tak dapat membuka pintu selain untukmu, karena relung hatiku tak dapat menghapus namamu. Dan harus kau tahu, namamu kan selalu berlabuh direlung hatiku. Itulah yang ingin ku sampaikan padamu, ku harap kaulah jawaban segala risau hatiku karena yang ku harapkan bersamamu, kau dapat bersanding dengan ku hingga tak berujung waktu.
Mungkin selama ini tidak kusadari, ada banyak arti kehidupan yang telah teralami. Namun apa yang terjadi, semua hal itu kini telah terlewati. Terkadang selalu ku tertegun dan menyesali tentang apa yang telah teralami selama ini. Namun apalah arti sesal disaat ini, karena sesal tiada guna tuk diratapi. Kini kucoba untuk kembali menata diri agar sesal tak terulang untuk kedua kali.
Kini selalu kucoba tuk kembali. Kembali untuk mengenali siapa sesungguhnya diri ini. Kucoba selalu mendekatkan diri namun belum mampu untuk menjalani dengan kesungguhan hati yang hakiki. Kuberusaha tuk mendapatkan arti, mengenai apa itu kesungguhan hati.
Dalam hati terkadang ingin ku kembali, kembali tuk menjadi diri yang ku kenali. Namun apa yang kini terjadi sulit tuk dapat terrealisasi. Kini ku berharap Tuhan dapat menuntunku tuk kembali, mengenali siapa sesungguhnya diri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H