Mohon tunggu...
Shafa SafiraAzzahra
Shafa SafiraAzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Saya merupakan mahasiswa psikologi semester satu yang sedang memulai perjalanan akademis, dalam semester satu ini saya terlibat mata kuliah dasar psikologi yang membuka wawasan terhadap berbagai konsep psikologis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Baby Blues dan Perspektif Terjadinya

19 Desember 2023   17:41 Diperbarui: 20 Desember 2023   15:50 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Baby blues merupakan sebuah syndrome yang terjadi pada wanita di saat masa setelah melahirkan. Syndrome ini merupakan gangguan kesehatan mental yang dapat muncul karena adanya suasana perubahan diri dalam hati seorang Ibu baru yang harus menjalani aktivitas berbeda dari sebelumnya. Syndrome ini tidak dapat diprediksi akan terjadi pada siapa dan pada saat kapan, karena rata-rata yang mengalami akan terlihat pada hari ke-2 setelah gejalanya mulai menyerang (Wiciski et al., 2020) Syndrome ini juga tidak diderita lama karena biasanya akan berlangsung selama kurang lebih 2 minggu dalam status sebagai Ibu baru.

Gejala bagi seorang Ibu mengalami adanya indikasi baby blues ini sebenarnya sangat terlihat jelas dan jika diketahui sedari awal akan mendapatkan penanganan yang jauh lebih baik dan tanggap sehingga tidak merambat pada indikasi penyakit mental yang jauh lebih parah. Gejala yang dimiliki antara lain adalah sering menangis dan merasa tidak bahagia, menjadi penakut, penurunan nafsu makan yang sangat drastis, mood berubah dengan cepat, mudah tersinggung dan tidak bergairah (Januarsih et al., 2023). Hal ini terjadi lantaran perubahan yang cukup drastis dari yang sebelumnya tidak memiliki tanggungan terhadap urusan bayi sekarang memiliki tanggungan dalam mengurus bayi dan dituntut banyak hal dalam melakukan pola asuh. Tekanan tersebut diperparah juga dengan rasa ketakutan dalam diri seorang Ibu baru yang khawatir akan masa depan anak dan dirinya karena didikan dan ola asuhnya ternyata salah.

Pengaruh lain yang menyebabkan terjadinya baby blues ternyata juga terjadi dari persalinan yang dilakukan oleh Ibu. Jenis persalinan akan berpengaruh dalam kejadian postpartum blues karena pengalaman Ibu pada saat melahirkan. Trauma psikis karena rasa sakit atau bahkan ketakutan yang luar biasa ini seolah menjadi pendorong terjadinya baby blues yang dimiliki oleh Ibu baru. Terlebih jika proses persalinan yang dilakukan memiliki banyak tekanan yang sangat berat sehingga menyebabkan seorang Ibu sulit mengontrol dirinya sendiri (Rahmawati & Saida, 2023).

Faktanya, di Indonesia sendiri gejala yang mengarah pada baby blues tersebut dianggap suatu hal yang wajar mengingat adanya tanggung jawab baru dalam mengurus anak dan perubahan kondisi rumah tangga yang memang membutuhkan adanya adaptasi. Persepsi inilah yang membuat kebanyakan Ibu terdeteksi baby blues terlambat ditangani dan berdampak lebih butuk terhadap kesehatan mentalnya terlebih dapat membahayakan bayi yang baru lahir karena diurus oleh Ibu yang ternyata memiliki indikasi permasalahan mental dan tidak mendapatkan penanganan penyembuhan dengan segera (Rezaie-Keikhaie et al., 2020).

Biasanya, baby blues diperparah juga dengan adanya campur tangan dari oknum-oknum lain yang membuat Ibu mengalami tekanan berat terhadap kehidupan baru yang sedang dicoba dijalani dan adaptasi ini. Campur tangan yang sangat berpengaruh adalah omongan dan saran yang diberikan oleh orang lain dalam mendidik atau pola asuh yang sedang dilakukan kepada bayi (Laitupa, 2023). Hal ini sebetulnya bagus dan merupakan hal positif jika diberitahukan dengan baik tanpa menyinggung. Hanya saja, Indonesia sangat sulit untuk menerapkan karena kebanyakan yang terjadi justru berupa sindiran atau bahkan bentakan karena dianggap tidak becus dalam menjadi Ibu yang memperparah indikasi baby blues ini.

Hal yang dapat dilakukan mencegah atau menangani baby blues selain Ibu yang terlibat dalam perawatan jika terindikasi mengalami syndrome ini adalah dengan memberikan perhatian khusus terhadap Ibu. Perlu adanya peran suami dalam mengurus anak karena Ibu juga perlu istirahat dan memiliki waktu untuk dirinya sendiri dalam sehari beraktivitas. Tidak ada salahnya untuk dapat mengajak istri jalan-jalan atau bahkan berolahraga untuk menghindari tingkat stress yang tinggi. Sehingga dengan demikian peran suami dalam mendampingi istri ini sangat besar dalam penentuan baby blues dan penangananya selain dari gejala yang ada. Anak dapat tumbuh dengan fisik serta mental baik dari adanya pola asuh dan komunikasi hubungan keluarga yang baik.

Sumber:
Januarsih, J., Kirana, R., & Rizani, A. (2023). Senam Nifas Sebagai Upaya Preventif Terjadinya Baby Blues Di Wilayah Puskesmas Hantakan. J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 3(6), 1205-1212. https://doi.org/10.53625/jabdi.v3i6.6773

Laitupa, S. A. K., Purwanti, E., & Hidayati, L. N. (2023). Pengalaman Baby blues Syndrome Pada Ibu Postpartum di Kabupaten Merauke. Journal of Pharmaceutical and Health Research, 4(1), 117-121. https://doi.org/10.47065/jharma.v4i1.2786

Rahmawati, R., & Saida, S. (2023). Analisis Korelasi Jenis Persalinan dengan Kejadian Sindroma Baby Blues. JURNAL ILMIAH OBSGIN: Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan P-ISSN: 1979-3340 e-ISSN: 2685-7987, 15(2), 347-353. https://doi.org/10.36089/job.v15i2.1244

Rezaie-Keikhaie, K., Arbabshastan, M. E., Rafiemanesh, H., Amirshahi, M., Ostadkelayeh, S. M., & Arbabisarjou, A. (2020). Systematic review and meta- analysis of the prevalence of the maternity blues in the postpartum period. Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 49(2), 127-136.

Wiciski, M., Malinowski, B., Puk, O., Socha, M., & Supski, M. (2020). Methyldopa as an inductor of postpartum depression and maternal blues: a review. Biomedicine & Pharmacotherapy, 127, 110196.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun