Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meriahnya Maulid dengan Nasi Kuning

25 Februari 2012   07:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:40 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peringatan maulid Nabi Muhammad saw menjadi momen yang dinanti. Kemeriahan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di pulau seribu masjid ini melebihi kemeriahan Idul Fitri maupun Idul Adha karena banyak acara terselenggara. Momen ini digunakan untuk mengadakan banyak kegiatan amal dan syukuran. Di Mataram, tradisi peringatan Maulidan biasa diselenggarakan dengan acara open house dengan mengundang orang-orang terkedat untuk sekedar makan-makan di rumah, persis seperti lebaran. Banyak makanan kecil dan pasti ada nasi untuk dimakan disana. Caranya pun berbeda-beda, ada yang menggunakan prasmanan seperti standing party jadi terkesan lebih santai, ada yang menggunakan acara seperti resepsi yang makanannya sudah disiapkan lengkap di satu piring dan ada pula yang memberikan bungkusan pada tamunya untuk membawa pulang beberapa makanan. Intinya, Maulidan selalu identik dengan makan-makan.

Lain Mataram, lain Masbagik. Kalau Mataram di Lombok Barat, Masbagik ada di Lombok Timur. Tanah kelahiran dan tempatku di besarkan ini tak kalah meriah dengan Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat yang ramai dengan jamuan makan, di Masbagik pun tak jauh beda. Masjid Jami' mengadakan sunatan massal untuk masyarakat sekitar yang disambut dengan antusias oleh masyarakat sekitar termasuk seorang sepupuku yang masih berusia 1,5 tahun. Di Lombok memang biasa anak-anak disunat di usia balita agar bisa segera sah sholatnya. Setelah sunatan massal hari Minggu, 5 Februari 2012 (12 Rabiul Awal), acara syukuran diadakan seminggu setelahnya dengan mengadakan 'begawe' kecil-kecilan. Begawe adalah sebutan untuk acara syukuran orang yang punya hajat atau peringatan meninggalnya seseorang. Dalam begawe, orang datang dengan membawa bahan makanan seperti beras atau gula yang kemudian ditukar dengan nasi dan lauk pauk yang disediakan empunya hajat yang bisa dibawa pulang selain yang dimakan di tempat.

Ada satu makanan yang biasa ada di perayaan Maulidan ini adalah 'nasi kuning'. Awalnya aku kira nasi kuning seperti dalam nasi tumpeng, tapi nasi kuning yang dimaksud di acara Maulidan ini bukan nasi kuning yang terbuat dari tepung beras, tapi tepung ketan. Jadi, nasi kuning itu sebenarnya ketan kuning yang diatasnya dibubuhkan kelapa parut yang disangrai (biasa disebut saur) ditambah dengan suwiran ayam. Ada juga yang menambahkan telur dadar yang didiris tipis atau yang lain sesuai dengan keinginan yang empunya hajat.

Biasa setelah mengadakan syukuran di mushola, masjid atau di rumah, mereka membagi-bagikan nasi kuning pada tamu undangan untuk dibawa pulang beserta beberapa makanan lain kalau ada. Semuanya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing empunya hajat. Hampir semua orang mengadakan Maulidan, tapi yang tidak punya hajat khusus biasanya bersama-sama mengadakan acara di musholla atau majelis terdekat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun