Mohon tunggu...
Shafa Tasya
Shafa Tasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Merupakan mahasiswa dari Universitas Diponegoro, Program Studi Teknologi Pangan

Mahasiswa Teknologi Pangan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berantas Krisis Beras Melalui Diversifikasi Bahan Pangan

5 Juni 2023   12:12 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:35 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faisya Azzahra Putri|| Lembita Astya Maheswari || Sarah Putri Ramadhani || Shafa Tasya Az Zahra ||Zulfa Puspa Nugrahani

Selain terancam krisis ekonomi, bangsa Indonesia juga terancam oleh krisis pangan. Krisis pangan merupakan suatu peristiwa yang mengakibatkan kelangkaan tersedianya bahan pangan yang disebabkan oleh beberapa sebab seperti terjadinya peperangan, perubahan iklim, konflik sosial, bencana alam dan lingkungan, banyaknya peminat tetapi tidak terdapat ketersediaan lahan dan produksi pangan tidak mampu mengimbangi pertambahan penduduk. Selain itu, krisisnya petani muda di Indonesia mengakibatkan pangan yang ada tidak dapat terolah dengan baik dan maksimal. 

Salah satu peristiwa krisis pangan yang terjadi ialah menipisnya ketersediaan beras. Krisis ketersediaannya beras ini sudah pernah terjadi pada 1677-1703 ketika tengkulak memainkan harga beras. Setelah mengalami swasembada pangan di tahun 2018, bangsa Indonesia mengalami penurunan kembali di tahun 2018 yaitu sebagai importir beras nomor 2 di dunia. Krisis ini bisa meningkat lebih pesat di masa depan karena faktor-faktor yang ada. 

Beras memegang kunci kesejahteraan sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Kurangnya distributor beras dan meningkatnya harga beras menyebabkan masyarakat menjerit kelaparan. Stok beras yang dimiliki pemerintah atau biasa disebut Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sangat sedikit. CBP yang dipegang Perum Bulog pada akhir tahun 2022 lalu hanya 399.160 ton. Menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas), idealnya CBP yang harus dimiliki Bulog mencapai 1,2-1,5 juta ton. Minimnya stok CBP dan rendahnya kemampuan serap beras lokal oleh Bulog disebabkan seretnya produksi dalam negeri, hal ini membuat Indonesia mengharuskan impor beras dari negara lain. Ketergantungan terhadap negara lain inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab krisis pangan yang paling berpengaruh. Lantas sebagai pemuda dan penerus bangsa Indonesia haruslah mengambil langkah yang tepat untuk memberantas krisis pangan khususnya krisis beras ini. 

Dengan terjadinya krisis pangan pokok berupa beras yang dihadapi oleh Indonesia, dibutuhkan langkah-langkah inovatif dan solusi yang tepat guna mengatasi masalah tersebut. Berikut merupakan inovasi yang dapat menjadi jalan keluar dalam menghadapi krisis beras di Indonesia, salah satunya dengan diversifikasi konsumsi pangan. Diversifikasi pangan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mendorong masyarakat dalam memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi sehingga tidak terfokus pada satu jenis makanan. Sebagai masyarakat, kita harus terbiasa untuk tidak hanya mengandalkan beras sebagai sumber karbohidrat utama dan peningkatan konsumsi sumber karbohidrat lain. 

Dalam penerapan diversifikasi bahan pangan pokok beras di Indonesia, beras shirataki bisa menjadi salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan. Beras shirataki merupakan jenis beras yang terbuat dari umbi tanaman konjac yang terkenal di Jepang. Alasan mengapa penggunaan beras shirataki sebagai salah satu opsi pengganti beras yaitu karena kandungan yang terdapat di beras shirataki terdiri dari serat tinggi dan rendah kalori dibandingkan beras yang terdapat di Indonesia. Oleh karena itu, jika menghadapi krisis bahan pangan beras di Indonesia, penggunaan beras shirataki sebagai pengganti beras biasa mungkin bisa menjadi salah satu solusi.

Terdapat beberapa bahan pangan lain yang mengandung karbohidrat juga bisa menjadi solusi untuk krisis beras, seperti jagung, gandum, dan juga kentang. Bahan-bahan pangan tersebut dapat diolah menjadi pengganti beras. Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang dapat dikembangkan dalam rangka diversifikasi bahan pangan pokok beras. Tingkat produksi yang tinggi dan kandungan gizi yang dimiliki menjadi salah satu alasan jagung dapat dijadikan pengganti beras. Jagung dapat diolah menjadi nasi jagung yang nantinya dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pengganti nasi. Kandungan gizi dalam nasi jagung ini dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan nasi beras. Jagung memiliki kandungan energi yang hampir setara dengan beras dan kandungan protein yang lebih tinggi. Jagung dan produk olahannya juga memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan beras, sehingga bisa menjadi solusi pengganti beras. 

Penggunaan bahan pangan berkarbohidrat selain beras sebagai diversifikasi bahan pokok pangan beras, seperti beras shirataki dengan bahan umbi tanaman konjac, telah mendukung upaya pemerintah dalam program percepatan diversifikasi pangan sumber karbohidrat yaitu dari beras ke umbi atau bahan pangan lain seperti jagung, gandum, dan kentang. Selain itu, penggunaan bahan pangan berkarbohidrat lain sebagai diversifikasi juga memiliki peranan sebagai bahan pangan fungsional yang merupakan suatu bahan pangan dengan manfaat tambahan di samping fungsi utamanya. Pengetahuan akan diversifikasi pangan dipelajari dalam Teknologi Pangan. Teknologi Pangan akan mempelajari bagaimana suatu sumber bahan pangan  dapat digantikan dengan bahan pangan lainnya namun tetap memiliki sumber nutrisi yang sama atau bahkan memiliki nilai gizi yang lebih. Dengan demikian, diversifikasi pangan dapat diartikan dengan tidak diubahnya bahan pangan secara keseluruhan namun mengubah pola konsumsi masyarakat menjadi mengonsumsi lebih banyak jenis pangan yang beragam dan berimbang gizinya. Pedoman pengukuran terhadap diversifikasi pangan di Indonesia dikenal dengan Pola Pangan Harapan (PPH).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun