Mohon tunggu...
Shafa Rizqita Aulia
Shafa Rizqita Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030050 UIN Sunan Kalijaga

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menyegarkan Dahaga di Tengah Hiruk Pikuk Pasar Beringharjo Yogyakarta

16 Juni 2024   14:13 Diperbarui: 16 Juni 2024   14:24 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Beringharjo merupakan salah satu destinasi belanja yang paling ikonik dan bersejarah di Yogyakarta. Terletak di jantung kota Yogyakarta tepatnya di kawasan Malioboro yang selalu ramai, Pasar Beringharjo menawarkan berbagai macam produk bagi warga lokal dan wisatawan yang ingin berbelanja ke Pasar Beringharjo.

Pasar Beringharjo bukan hanya menjadi tempat bagi masyarakat lokal dan wisatawan untuk berbelanja barang antik, batik, dan oleh-oleh khas lainnya. Melainkan juga sebagai tempat bagi pencinta kuliner tradisional. Salah satu kuliner yang menonjol di tengah keramaian pasar ini adalah Es Dawet Mbah Hari.

Es Dawet Mbah Hari telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Pasar Beringharjo selama beberapa dekade. Mbah Hari yang sudah tak muda lagi namun memiliki semangat penuh ini telah memulai usahanya sejak tahun 1970-an. Es Dawet Mbah Hari dikenal dengan cita rasa yang autentik dan tradisional. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Dawet adalah minuman tradisional Indonesia yang segar dan manis. Dawet yang biasa disajikan oleh penjual dawet pada umumnya biasanya hanya terdiri dari cendol, santan, dan gula merah saja, berbeda dengan dawet yang disajikan Mbah Hari. Semangkuk es dawet yang disajikan Mbah Hari terdiri dari cendol warna-warni, cincau yang memiliki tekstur lembut, santan yang memberikan rasa gurih dan kental, serta juruh (gula jawa dengan irisan nangka) yang dilelehkan dan dijadikan sirup untuk memberikan rasa manis yang khas. Minuman ini disajikan dengan es batu sehingga memberikan sensasi segar yang sangat cocok dinikmati di tengah cuaca panas.

Resep es dawet Mbah Hari merupakan resep turun temurun di keluarga Mbah Hari dan proses pembuatannya pun masih menggunakan cara-cara tradisional sehingga membuat es dawet ini memiliki rasa yang khas dan tak tertandingi. Cendol warna-warni yang terbuat dari tepung beras dan pewarna alami serta cincau yang dibuat dari daun cincau asli.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Mbah Hari menjajakan es dawet pada pukul 09.00 pagi hingga 15.00 sore saja. Dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp7.000 saja pengunjung sudah dapat menikmati semangkuk es dawet Mbah Hari. 

Pembeli es dawet Mbah Hari bukan hanya para penjual yang ada di Pasar Beringharjo saja, namun ada juga wisatawan domestik dan mancanegara  yang mencari es dawet Mbah Hari saat berada di Yogyakarta. Meskipun zaman terus berkembang dan banyak muncul minuman modern yang lebih inovatif, Es Dawet Mbah Hari tetap bertahan dan bahkan semakin populer. Kehadiran media sosial juga turut membantu mengenalkan es dawet ini kepada generasi muda. Banyak food vlogger dan influencer yang datang ke Pasar Beringharjo khusus untuk mencicipi dan merekomendasikan Es Dawet Mbah Hari kepada pengikut mereka.

Keberadaan Es Dawet Mbah Hari di Pasar Beringharjo juga memberikan dampak positif terhadap budaya dan ekonomi lokal. Sebagai salah satu kuliner tradisional yang tetap eksis, es dawet ini membantu melestarikan warisan kuliner Yogyakarta. Generasi muda bisa belajar dan menghargai kuliner tradisional yang kaya akan sejarah dan nilai budaya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dari segi ekonomi, usaha Es Dawet Mbah Hari memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian lokal. Dengan banyaknya pengunjung yang datang, baik dari dalam maupun luar kota, perputaran uang di pasar ini pun semakin besar. Tidak hanya Mbah Hari yang merasakan manfaatnya, tetapi juga para pedagang lain di sekitarnya.

Es Dawet Mbah Hari bukan hanya sekadar minuman pelepas dahaga, tetapi juga menjadi simbol nostalgia bagi banyak orang yang pernah merasakan manisnya masa kecil di Yogyakarta. Kesegaran santan yang gurih berpadu dengan manisnya gula merah yang legit, serta tekstur kenyal dawet yang terbuat dari tepung beras, menciptakan harmoni rasa yang sempurna di setiap suapan.

Es Dawet Mbah Hari di Pasar Beringharjo adalah salah satu bukti bagaimana kuliner tradisional mampu bertahan di tengah gempuran modernitas. Dengan cita rasa autentik yang tak lekang oleh waktu, es dawet ini tidak hanya menjadi minuman pelepas dahaga tetapi juga simbol nostalgia dan kebanggaan budaya. Melalui inovasi dan adaptasi, Mbah Hari berhasil mempertahankan usahanya sambil terus berkontribusi pada pelestarian kuliner tradisional dan perekonomian lokal. Pasar Beringharjo tanpa Es Dawet Mbah Hari rasanya tidak akan pernah sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun