Namun, Huntington menekankan potensi "benturan antar-budaya", teori ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana multikulturalisme bisa menjadi solusi dalam mengatasi ketegangan antara berbagai kelompok etnis, agama, dan budaya. Multikulturalisme menawarkan pendekatan inklusif yang menghargai keragaman dan mempromosikan dialog antarbudaya. Dalam konteks konflik Gaza-Israel, pendekatan multikulturalisme dapat menciptakan ruang untuk memahami dan menghargai perspektif dan pengalaman berbagai kelompok, sehingga membuka jalan bagi dialog yang lebih produktif dan pemecahan konflik yang lebih inklusif.
Dengan begitu, pandangan Huntington yang menyoroti potensi konflik antar-budaya juga mempertimbangkan peran multikulturalisme sebagai solusi potensial untuk mengatasi ketegangan dan mempromosikan perdamaian di kawasan konflik, termasuk Palestina-Israel. Dengan menggabungkan pemahaman yang mendalam tentang perbedaan budaya dan dialog antarbudaya, mungkin kita dapat menciptakan landasan yang lebih kokoh untuk membangun perdamaian yang berkelanjutan di masa depan.
Referensi
Akar-Akar Konflik Israel-Palestina. (2023, October 15). UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Retrieved April 2, 2024, from
https://uinsgd.ac.id/akar-akar-konflik-israel-palestina/
A brief history of Israel-Palestine conflict in 10 maps. (2023, November 27). Al Jazeera. Retrieved April 2, 2024, from https://www.aljazeera.com/news/2023/11/27/palestine-and-israel-brief-history-maps-and-charts
Huntington, S. P. (1997). The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. Simon & Schuster.
Iskandar, A., & Rustom, H. (Eds.). (2010). Edward Said: A Legacy of Emancipation and Representation. University of California Press.
Zelman, A. (n.d.). Edward Said and the re-drawing of the (post)colonial political map of Palestine. Journal Production Services. Retrieved April 2, 2024, from https://jps.library.utoronto.ca/index.php/des/article/download/28903/21546/66195
