Makanan cepat saji atau yang biasa disapa dengan fast food adalah makanan yang tinggi akan kalori, lemak, garam, dan gula. Akan tetapi makanan cepat saji memiliki kandungan serat dan vitamin yang rendah. Di dalamnya juga mengandung berbagai bahan tambagan pangan (BTP) seperti pemanis, perasa, dan pengawet. Makanan cepat saji sudah menjadi sahabat di kehidupan modern. Restoran cepat saji menjadi bintang utama bagi banyak orang, karena rasanya enak dan juga praktis. Akan tetapi hal itu memunculkan pertanyaan penting, apakah fast food memberi manfaat atau justru mengancam kesehatan?
Pada abad ke-20, untuk pertama kalinya restoran cepat saji muncul, tepatnya di Amerika. Restoran tersebut memberikan solusi praktis bagi orang yang sibuk dan tidak memiliki waktu untuk memasak di rumah. Makanan cepat saji sangat cocok untuk gaya hidup yang serba cepat, dengan adanya sistem pelayanan yang cepat pada restoran cepat saji. Hal ini membuat makanan cepat saji menyebar ke belahan dunia dalam waktu singkat. Cita rasa yang diberikan juga disesuaikan dengan cita rasa lokal dan tetap mempertahankan unsur kecepatan dalam penyajian.
Rasa gurih, porsi besar, dan kecepatan penyajian menjadi faktor utama banyak orang memilihnya. Selain itu, kemudahan akses ke restoran juga menjadi pilihan praktis bagi orang sibuk terutama. Karena kecepatan dalam penyajian dan juga praktis, restoran cepat saji sudah menjamur di berbagai daerah. Akan tetapi, hal apa yang akan terjadi jika mengedepankan kenyamanan dan mengorbankan kesehatan?
Konsumsi makanan cepat saji yang berlebih akan berdampak buruk pada kesehatan. Tak hanya pada orang dewasa, akan tetapi juga pada anak kecil maupun remaja yang mengonsumsinya. Makanan cepat saji mengandung lemak jenuh, garam, dan juga gula yang jumlahnya tak sedikit. Sementara itu kandungan nutrisi penting sangat rendah, seperti serat, vitamin, dan meneral. Dengan pola makan yang tidak seimbang berisiko memicu penyakit yang mempengaruhi kualitas hidup kita, seperti obesitas, diabetes, bahkan penyakit jantung.Â
Sering kali, makanan cepat saji diproses dengan cara yang menghilangkan banyak nutrisi. Seperti digoreng, dipanggang atau grill dan lain sebagainya. Dengan cara tersebut, makanan akan menyerap minyak lebih banyak, di dalamnya terdapat lemak tak jenuh yang menyebabkan kolesterol. Misalnya, kentang goreng yang renyah dan burger yang menggoda dapat mengandung kalori tinggi dengan sedikit manfaat gizi. Keterbatasan pilihan makanan sehat dalam menu makanan cepat saji juga menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang ingin menjaga pola makan sehat.
Namun, bukan berarti kita harus sepenuhnya menghilangkan kebiasaan makan makanan cepat saji. Beberapa restoran cepat saji sekarang sudah mulai menambahkan makanan yang kebih sehat dalam menunya. Contohnya seperti salad sayur dengan dressing yang segar, sandwich dengan bahan berkualitas, dan pilihan makanan yang lebih seimbang nutrisinya. Banyak orang yang perlahan-lahan juga mengubah gaya hidupnya nenjadi lebih sehat, dengan mengonsumsi menu sehat pada restoran cepat saji. Hal ini bisa menjadi langkah awal untuk mencegah penyakit dan menjaga kesehatan tanpa harus mengorbankan rasa.Â
Makanan cepat saji memang menawarkan kelezatan, kecepatan, dan kenyamanan. Akan tetapi kita harus bijak dalam memilih menunya. Kesadaran akan dampak kesehatan dari konsumsi berlebihan harus menjadi perhatian utama. Sebagai konsumen, kita memiliki kekuatan untuk membuat pilihan yang lebih baik demi kesehatan kita. Mari kita ciptakan keseimbangan antara menikmati kelezatan makanan cepat saji tetapi tetap menjaga kesehatan yang optimal. Sehat itu mahal, mari perbaiki gaya hidup untuk jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H