Mohon tunggu...
Shafa Maulana Dewi K
Shafa Maulana Dewi K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Keluarnya India dari Pakta Perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

9 Oktober 2022   17:16 Diperbarui: 9 Oktober 2022   18:31 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) merupakan perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) terbesar di dunia. Pada awalnya, RCEP beranggotakan sepuluh negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam dengan enam negara mitra ASEAN yaitu Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Korea. RCEP pertama kali diperkenalkan oleh Indonesia pada tahun 2011 dengan tujuan untuk mengembangkan kemitraan ekonomi regional komprehensif. 

Pada tahun 2019, India menyatakan mundur dari RCEP dan tidak akan bergabung kembali dengan pakta perdagangan tersebut. Pernyataan mundurnya India dari RCEP disampaikan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-35 di Bangkok, Thailand pada tanggal 4 November 2019. Keluarnya India dari RCEP menjadi kebijakan mengejutkan di perjanjian perdagangan bebas internasional. 

Diplomat senior untuk Asia Timur di Kementerian Luar Negeri India, Vijay Thakur Singh mengatakan bahwa India telah menyampaikan kepada negara-negara anggota RCEP bahwa negaranya tidak akan bergabung kembali pada RCEP. Keputusan India untuk keluar dari RCEP didorong dari adanya tekanan domestik yaitu didasarkan pada pertimbangan dampak dari perjanjian tersebut bagi masyarakat awam India terkait mata pencaharian masyarakat termasuk kalangan miskin. 

RCEP dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian India terutama kemungkinan terpukulnya produsen lokal sebagai akibat dari banjirnya produk-produk dari China. RCEP dianggap dapat merugikan seratus juta pekerja dalam sektor pertanian dan susu karena adanya kekhawatiran tidak dapat bersaing dengan produk asing dan tidak dapat mengembangkan variasi jenis bijih, akibatnya petani membeli bibit dari produk asing dengan biaya lebih tinggi. RCEP juga dikhawatirkan akan merugikan India dalam hal daya tawar dan hanya menguntungkan perusahaan besar dan tidak adanya transparansi kepada para pekerja.

Bagi India, negaranya tidak mungkin bergabung dalam RCEP karena kesepakatan RCEP dinilai tidak sepenuhnya mencerminkan semangat dasar dan prinsip-prinsip panduan RCEP yang telah disepakati. Hal itu tidak sesuai dengan isu-isu yang ada di India dan tidak melihat keprihatinan India. 

Keputusan mundurnya India dari RCEP mendorong perjanjian tersebut agar disahkan pada tahun 2020. Lima belas negara anggota RCEP lainnya telah menyepakati peninjauan hukum atas draft ketentuan RCEP di hari yang sama, namun keputusan India untuk keluar dari RCEP memupuskan harapan negara-negara anggota RCEP untuk menyelesaikan perjanjian tersebut pada puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN setelah melakukan perundingan selama tujuh tahun. 

Keluarnya India dari RCEP tidak menutup akses negara tersebut untuk kembali bergabung dengan RCEP. Ada pilihan untuk India agar dapat bergabung setelah isu-isu luar biasa telah diselesaikan. Wakil Menteri Luar Negeri China, Le Yucheng mempersilakan India untuk bergabung kapanpun negara tersebut siap. Pernyataan tersebut digemakan sebelum India mengonfirmasi keluar dari RCEP.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun