Dari Tradisi ke Tren, Mengubah Gaya Hidup di Perkampungan

Ada pepatah mengatakan: "Sekecil apapun uangmu akan cukup bila digunakan untuk hidup tapi sebanyak apapun uangnya tak akan pernah cukup jika hanya untuk memenuhi gaya hidup". 

Entah siapa pengarang dari kata-kata tersebut namun banyak beredar, berseliweran di wa story dengan diiringi lagu-lagu yang sedang trend.

Memang benar gaya hidup di kampung  sudah menunjukkan gaya hidup orang kota, disebabkan karena teknologi yang sudah merambah sampai ke desa-desa, sesuai dengan kemajuan zaman, seperti gaya berpakaian, gaya jajanan, gaya dalam pergaulan.

Gaya berpakaian

Gaya berpakaian yang kini ala-ala kota yang dulu di kampung hidup seadanya, dengan gaya hidup sederhana memakai kebaya dan kain panjang sudah tidak bisa ditemukan kembali dan sekarang diganti dengan para pekerja yang bekerja di instansi Pemerintahan.

Ada hari khusus memakai kebaya tentunya pegawai wanita berseliweran memakai kebaya cantik sekali, kalau manyarakat yang tidak bekerja memakai kebaya paling juga dalam acara-acara resmi seperti pertunangan, pernikahan, hiburan adat sunda seperti upacara adat dan hiburan jaipongan dan upacara-upacara kenegaraan seperti acara 17 Agustusan yang melibatkan masyarakat.

Dulu di tahun 90an di kampungku, apabila ada orang yang memakai celana panjang, sudah tidak asing lagi bila tidak menjadi buah bibir sekampung bahkan keluarga orang tersebut, akan merasa malu apabila ada anggota keluarga perempuannya memakai celana panjang entah itu dari bahan jeans atau kain.

Tapi sekarang sudah tak asing lagi, dan bukan merupakan aib lagi, tua apalagi muda memakai celana mulai dari celana panjang, setengah betis, sampai lutut bahkan tengah paha. 

Sudah bukan menjadi bulan-bulanan orang sekampung lagi, sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Mulai berbagai macam bahan yang pastinya model dan gayanya sudah dimodifikasi sekeren mungkin.

Bukan itu saja ketika dibonceng naik motor saja harus duduk cemplo atau duduk dengan menghadap ke samping dengan posisi kaki sejajar.