Mohon tunggu...
Shafa Adila
Shafa Adila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor Penyebab Krisis Ekonomi di Sri Lanka

9 Oktober 2022   15:53 Diperbarui: 9 Oktober 2022   16:00 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis ekonomi yang dialami Sri Lanka saat ini, termasuk krisis ekonomi terburuk dalam sejarah negaranya, dan menyebabkan kebangkrutan negara. Pada bulan Juni, Perdana menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesingh, menyampaikan bahwa perekonomian negara telah ambruk, karena tidak memiliki uang untuk impor kebutuhan negara, dan negara juga gagal dalam membayar hutang.

Krisis ekonomi di Sri Lanka disebabkan karena banyak hal. Berikut beberapa faktor penyebab krisis ekonomi Sri Lanka :

1. Utang Negara

Pemerintah Sri Lanka memiliki hutang 51 miliar dolar (Rp 760,3 triliun) per akhir tahun 2021. Jumlah hutang sebanyak ini sudah 60,85% dari Produk Domestik Brutonya (PDB). Kemudian pemerintah membicarakan bailout dengan International Monetary Fund (IMF). Pemerintah juga memiliki upaya lain, yaitu dengan menangguhkan pembayaran untuk pinjaman luar negeri, sekitar tujuh miliar dolar yang jatuh tempo tahun ini dan 25 miliar dolar hutang yang harus dilunasi tahun 2026. China adalah kreditur terbesar Sri Lanka sejak dahulu, ada juga India dan Jepang.

2.Korupsi Politik

Korupsi yang dilakukan anggota politik juga menjadi penyebab krisis ekonomi Sri Lanka. Hal ini akan mempersulit penyelamatan keuangan Sri Lanka, karena banyak mismanagement selama bertahun-tahun.

Salah satu ekonom dan mitra kebijakan di Center for Global Development, Washington, Anit Mukherjee, menyampaikan ke Associated Press bahwa bantuan apapun dari IMF dan World Bank harus disertai syarat-syarat yang ketat, hal ini untuk memastikan bantuan tidak salah sasaran dalam pengelolaannya.

3. Menurunya bidang Pariwisata

Pariwisata termasuk ke dalam bidang penting untuk kemajuan ekonomi Sri Lanka. Penurunan bidang pariwisata ini disebabkan karena timbulnya kekhawatiran tourist soal keamanan untuk datang ke Sri Lanka pasca serangan terror bom bunuh diri tahun 2019 saat perayaan paskah, dan memakan 260 jiwa. Insiden ini telah menghancurkan pariwisata Sri Lanka, juga karena efek pandemi Covid-19. Padahal bidang pariwisata merupakan sumber utama devisa negara.

4. Melemahnya nilai Rupee

Nilai Rupee Sri Lanka, berada di angka 360 rupee per dolar Amerika April lalu. Jatuhnya mata uang Sri Lanka hingga angka 80% ini membuat impor menjadi lebih mahal dan inflasi yang tidak terkendali. Menurut data resmi Pemerintah Sri Lanka kenaikan harga makanan pokok telah berada di angka 57%. Sri Lanka benar-benar menuju kebrangkutan, bahkan pemerintah sudah tidak memiliki uang untuk mengimpor gas, susu, BBM, dan bahan pokok lainnya.

5. Perang Rusia-Ukraina

Perang Rusia di Ukraina sejak Februari 2022 menyebabkan naiknya harga pangan dan BBM. Karena ini angka inflasi Sri Lanka mendekati 40% pada Bulan Mei lalu.

Dari Kementrian Keuangan Sri Lanka, disampaikan negara hanya mempunyai 25 juta dolar cadangan devisa yang dapat digunakan. Karena itu, negara sudah tidak memiliki kemampuan untuk membayar semua hutang-hutang negara, juga melakukan impor barang.

Bantuan Asing ke Sri Lanka

  • Inggris, Prancis, Italia, AS, Kanada, Jerman, dan Inggris anggota kelompok negara-negara G7, telah menyampaikan untuk mendukung upaya Sri Lanka untuk mengurangi pembayaran hutangnya.
  • India menawarkan pinjaman kurang lebih $1,9 miliar
  • Bank Dunia menyutujui peminjaman $600 juta ke Sri Lanka
  • IMF masih mendiskusikan pinjaman sebesar $3 miliar ke Sri Lanka

Namun semua bantuan ini membutuhkan kondisi pemerintahan yang stabil, agar semua pinjaman dapat dikelola dengan baik. Bantuan ini diharapkan dapat menaikkan pajak dan suku bunga untuk membantu mendanai kesepakatan, sehingga bailout apa pun dapat ditunda sampai pemerintahan baru terbentuk. Ranil Wickremesingh telah mengatakan bahwa pemerintah akan mencetak uang untuk membayar gaji karyawan, tetapi hal ini kemungkinan akan meningkatkan inflasi dan menyebabkan kenaikan harga lebih lanjut. Wickremesingh juga mengatakan Sri Lanka Airlines milik negara dapat diprivatisasi terlebih dahulu. Sri Lanka juga telah meminta Rusia dan Qatar untuk memasok minyak dengan harga rendah untuk membantu mengurangi biaya BBM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun