Mohon tunggu...
Shafa Adha Zhafira
Shafa Adha Zhafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Shafa Adha Zhafira, Mahasiswi Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Marak E-commerce, Pedagang Baju di Pasar Sepi Pembeli

22 Desember 2022   09:58 Diperbarui: 22 Desember 2022   12:32 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan teknologi menghasilkan bermacam peluang bisnis. Seperti e-commerce yang marak di media sosial. Hampir semua produk tersedia di e-commerce mulai dari pakaian, makanan dan minuman, produk rumah tangga, buku sampai tiket pun ada. 

Bisnis online kini mulai menjadi kebiasaan masyarakat untuk urusan jual beli. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan online shop yang berawal bisnis kecil hingga menjadi bisnis besar namun, dibalik kemajuan teknologi ada dampak negatif yang timbul dari hal tersebut. Terlebih para pedagang pasar yang penghasilannya menurun karena keberadaan e-commerce.

Pemilik toko baju kebaya A&S, Edi sebelumnya memiliki cabang toko offline di International Trade Center (ITC) Depok dan memiliki tiga karyawan toko yang bekerja. Edi telah berjualan di Pasar Ciputat selama 17 tahun mulai dari tahun 2005 sampai saat ini. 

Ia menyampaikan salah satu faktor penyebab sepinya pembeli di tokonya karena maraknya online shop dan juga dampak dari setelah pandemi Covid-19.

“Sebelum banyak pedagang online alhamdulillah ramai, cuma kita tidak terlalu terpengaruh oleh online, yang ada setelah pandemi Covid-19 selama dua tahun sepi pembeli,” ujar Edi di kawasan Pasar Ciputat, Minggu (4/12).

Edi menambahkan, sebelum adanya online shop penghasilannya bisa terbilang lumayan besar. Saat ini, ia hanya bisa mengandalkan pembeli yang datang langsung ke toko.

“Kalo sebelum banyak pasar online, toko saya ya ramai, penghasilan saya juga lumayan. Setelah banyak online shop begini aja nunggu pembeli yang datang ke toko," tambahnya, Minggu (4/12).

Lanjut, Edi mengatakan, ia lebih memilih jualan offline dan belum ada niat untuk membuka akun online shop.

Menurutnya, tidak patut melayani seorang pembeli hanya melalui via smartphone atau melalui media sosial.

Edi lebih suka merasakan interaksi langsung dengan para pembelinya dan pembeli juga dapat melihat bagaimana kualitas barang yang diinginkannya. “Saya belum ada niatan untuk buka akun online shop, mungkin nanti bisa dibantu anak-anak. Jualan online juga saya tidak bisa ngobrol sama pembeli, lebih baik gini," jelasnya, Minggu (4/12).

Selain itu, Edi juga menambahkan untuk penjualan online ia merasa pembeli perlu datang ke toko secara langsung agar dapat memastikan kualitas barang yang diinginkan. "Kalo jualan online pembeli tidak tau kualitas langsung barang yang mau dia beli kaya gimana. Takutnya nanti ada complain kan ribet lagi,” ujarnya, Minggu (4/12).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun