Beberapa waktu lalu pemerintah telah menggiatkan kembali program KB, Keluarga berencana. Dulu pernah “berjaya” saat zaman orba dan sempat terlupakan saat era reformasi mengalamieuforia. Sampai sekarangpun masih harus berjuang dengan tidak mudah untuk membujuk masyarakat agar mengikuti program KB. Dan ternyata program KB bukanlah milik orang indonesia semata karena di negara lainpun mengadakan program yang serupa. Di China, program KB yang ada tidaklah seperti yang kita bayangkan selama ini. Di sana bisa di bilang sadis. Bila di sini kita, dikatakan dua anak saja cukup, di sana berslogan, “ satu anak cukup!”Memang China dalam ber-KB, belajar dari Indonesia sejak tahun 1970an. Setelah tiga puluh tahun, hasilnya sangat jauh. China sukses besar. Sedang indonesia malah bisa dibilang mengalami kemunduran. Semua itu sangat logis, karena china mengeluarkan aturan sangat ketat. Karena bagi yang mempunyai anak lebih dari satu akan dikenakan denda. Dan juga ada semacam pemaksaan aborsi, demi memenuhi aturan satu anak cukup. Apalagi aborsi di sana dilegalkan.
Lain lagi di Singapura. Sekitar tahun 1960an Singapura takut akan ledakan penduduk yang menimpanya. Maka Singapurapun melakuka program KB. Sama seperti di Indonesia. Cukup dua anak saja. Mirip di China, denda bagi yang melanggar, aborsi legal dan menghadiahi bagi yang melakukan sterilisasi adalah perangkat untukmenyukseskan program tersebut Dan hasilnya fantastis. Tapi kesuksesan itu berbuah ketakutan juga. Karena kesuksesan tersebut menghasilkan masyarakat yang “cukup” dengan satu atau dua anak saja. Mereka sudah nyaman denganminimnya keluarga. Orientasi mereka lebih besar kerutinitas kerja. Akhirnya pada skala nasional, singapura ,mengalami Krisis Sumber Daya Manusia. Sehingga tahun1987, slogan KB Singapura berubah menjadi “Miliki tiga anak atau lebih jika mampu.”Kampanye perjodohan dan usaha menyuburkan bagi kaum hawapun digalakkan. Bahkan sampai ada lagu rap yang berbunyi, “Saya berbicara mengenai membuat bayi, bayi, Ini malam Nasional, mari tingkatkan angka kelahiran bayi.” Tetapi sampai sekarangpun Singapura pusing bagaimana cara agar bayi bayi lahir di negara mereka.
Sekarang, bagaimana kalau di Afrika Selatan? Di sana lain dari pada yang lain. Jika pada umumnya yang ikut KB adalah orang atau manusia, di sana yang sedang digalakanjustru KB pada gajah! Dengan populasinya yang sedemikian banyak, menjadi persoalan bagi pemerintah atau warga negara tersebut. Karena hewan tersebut sangat dimungkinkan mengganggu pemukiman penduduk. Serta merusak sejumlah perkebunan dan pepohonan yang dibutuhkan penduduk.
Nah, sekarang menurut anda, mau pilih keluarga berencana yang bagaimana ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H