Mohon tunggu...
Muhamad Shadam Ghifari H
Muhamad Shadam Ghifari H Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat

Kabupaten Cirebon

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Peristiwa Bekerja karena Orang Dalam dan Dampaknya bagi Negara

1 Juni 2021   09:45 Diperbarui: 1 Juni 2021   10:13 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Orang dalam sering dipandang negatif bagi sebagian orang, terkadang saya pun memandang seperti itu. Peristiwa orang dalam, bisa sebagai 2 mata pisau. Bisa bersifat negatif dan juga positif.

Bisa dipandang negatif apabila : orang yang dimasukkan ke dalam pekerjaan tidak memiliki keterampilan pada pekerjaan nya - serta tidak memiliki pengetahuan yang cukup.

Dan juga bisa sebaliknya, yaitu dipandang positif. Bisa dipandang positif apabila : orang yang dimasukkan ke dalam pekerjaan memiliki keterampilan pada pekerjaan nya - memiliki pengetahuan yang cukup. Bahkan, pembicaraan pun akan berjalan lancar karena hubungan sudah terjalin sebelum bekerja. Kalaupun orang yang dimasukkan pekerjaan tersebut merasa tidak betah ditempat kerja, pasti akan berpikir ulang apabila ingin mengundurkan diri.

Tentu saja, peristiwa ini menjadi perbincangan yang cukup sengit bagi sebagian masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut akan menghambat organisasi perusahaan, ada juga yang berpikir bahwa hal tersebut tidak menghargai jerih payah pelamar yang melakukan ujian secara mandiri.

Hal tersebut sah-sah saja. Namun, budaya seperti ini pun akan menjalar ke lingkup pemerintahan.

Saya jadi teringat pada sebuah kutipan yang mungkin sudah sering didengar atau dibaca. Kutipan tersebut adalah "Pemimpin adalah cerminan dari perilaku masyarakat nya".

Istilah tersebut sangat tepat bagi negara kita yang menganut asas demokrasi. Bahwa dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat memang benar adanya. Budaya yang tercipta dari lingkungan masyarakat, tentu akan kembali pada rakyat juga. Berbeda dengan negara yang menganut asas monarki, mungkin budaya atau perilaku akan tercipta melalui raja atau ratu di negara tersebut.

Kita bisa lihat, peristiwa bagi-bagi jabatan di lingkup pemerintahan mungkin sudah tidak asing dalam kehidupan di negara kita. Apakah kita akan marah? Atau biasa saja?

Maka, apabila kita tidak ingin melihat pejabat negara melakukan bagi-bagi jabatan. Tentu budaya tersebut harus mulai dikikis melalui masyarakat terlebih dahulu.

Sebaliknya, apabila kita biasa saja melihat pejabat negara melakukan bagi-bagi jabatan. Tentu budaya mendapat kerja melalui orang dalam ini bisa menjadi budaya kerja yang baru, bahkan menjadi identitas nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun