Mohon tunggu...
Shabrina NursahbaniTarigan
Shabrina NursahbaniTarigan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2023

Selanjutnya

Tutup

Balap

Bentuk Sikap Misogini pada Motorsports Formula 1

9 Juni 2024   01:59 Diperbarui: 9 Juni 2024   02:00 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Formula satu disingkat formula 1 atau F1 merupakan kelas tertinggi dari liga balap mobil formula yang berada di bawah naungan FIA (Fdration Internationale de I'Automobile). Seperti liga motorsports pada umumnya formula 1 didominasi oleh pembalap pria. Walau banyak staf wanita yang memegang peran penting dalam berjalannya Grand Prix. Tidak dapat dipungkiri,pendominasian pria pada F1 tentu mempermudah penormalisasian sikap misoginis yang dilakukan oleh banyak pihak. Untungnya, masalah ini sudah mulai mendapat sorotan oleh media, beberapa masalah kesetaraan gender yang disorot diantaranya,

Minimnya Representasi Wanita dalam Balapan

Salah satu masalah utama penyebab banyaknya normalisasi sikap misoginis dalam formula 1 adalah karena kurangnya representasi pembalap wanita pada liga ini. Walau banyak wanita yang memiliki peran teknis dan non teknis di formula 1 kurangnya representasi dari pembalap tentunya memberikan kesan bahwa wanita tidak dapat bersanding dengan pria dalam formula 1 Grand Prix.

Stereotip Gender dan Seksisme

Seperti banyak olahraga dominan pria lainnya, seringkali tertangkap adanya stereotip gender dalam formula 1. Wanita yang terlibat dalam kegiatan ini baik pembalap, insinyur, mekanis, strategis, atau anggota tim lainnya seringkali menghadapi sikap direndahkan dan seksisme. selain itu tidak jarang mereka juga diremehkan atau bahkan mendapat pelecehan secara verbal dari anggota tim lainnya.

Grid Girls

Kegiatan objektivikasi terhadap tubuh wanita seringkali terjadi di berbagai cabang olahraga, salah satunya adalah olahraga motorsport. Hingga 2018, F1 menggunakan 'grid girls' untuk menghibur penonton dan menambahkan elemen glamour pada acara. Meskipun praktik ini sudah dihapuskan adanya kegiatan objektivitas ini yang dilakukan selama bertahun-tahun merupakan contoh bagaimana perempuan seringkali dianggap sebagai perhiasan daripada kontributor yang setara.

Komentar Seksis

Tidak hanya wanita yang berkarir di formula 1, para wanita penggemar formula 1 juga menerima berbagai komentar seksis dari berbagai sumber. Misalnya, seorang jurnalis F1 Joe Saward dalam salah satu artikelnya di tahun 2023 memberikan statement "The big news for females of F1, oh which this days there are a large number, was that Brad Pitt was one doing around." Komentar ini tentunya memberikan kesan buruk terhadap wanita penggemar F1. Beberapa jurnalis juga memberikan statement bahwa wanita yang menyukai F1 kebanyakan menjadi penggemar karena wajah tampan para pembalapnya.

Masalah misogini yang dihadapi wanita dalam Formula1 menggambarkan tantangan yang lebih luas terhadap kesetaraan gender di berbagai bidang. Walau sudah ada beberapa inisiatif dilakukan untuk mengurangi hal ini, tentunya masih banyak hal yang perlu ditingkatkan untuk memastikan bahwa F1 dapat menjadi olahraga yang benar-benar inklusif dan menghormati semua gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun