Beasiswa merupakan peluang emas bagi masyarakat kurang mampu untuk meraih impian pendidikan. Namun, realitasnya, beasiswa yang tersedia tidak melimpah seperti hujan di musim penghujan. Lebih ironis lagi, beasiswa ini cenderung lebih diperuntukkan bagi kalangan masyarakat miskin. Sedikit sekali beasiswa yang menyentuh kalangan menengah ke bawah, misalnya untuk mereka yang tidak masuk dalam golongan kaya atau anak jalur mandiri.
Persaingan mendapatkan beasiswa untuk kalangan menengah ini juga tak kalah sengitnya. Persyaratannya pun kerap sangatlah sulit. Calon penerima beasiswa harus menjadi mahasiswa yang aktif di organisasi kampus, mahir dalam public speaking, berprestasi akademis, ikut serta dalam kegiatan pengabdian masyarakat, mahir dalam penulisan esai, lancar berbahasa Inggris, dan daftar keunggulan lainnya.
Namun, bagaimana dengan mereka yang masih merintis di dunia perkuliahan? Dengan tuntutan yang amat tinggi seperti itu, apakah ada ruang bagi mereka yang baru saja menjajaki langkah awalnya di perguruan tinggi? Persaingan yang begitu ketat, ditambah dengan batas waktu yang amat singkat, yakni umumnya sekitar semester lima, semakin mempersempit peluang bagi mereka yang tengah belajar membangun karir akademisnya.
Solusi untuk mengatasi tantangan ini tentu tidaklah mudah. Salah satunya adalah pemerintah dan lembaga terkait perlu memperluas akses beasiswa untuk kalangan menengah ke bawah, sehingga peluang untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi dapat lebih merata. Selain itu, proses seleksi dan persyaratan beasiswa juga perlu disesuaikan agar lebih inklusif dan memberikan peluang yang adil bagi semua kalangan. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan beasiswa dapat menjadi peluang yang lebih terbuka bagi semua orang yang berjuang untuk meraih mimpi melalui pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H